Diskusi “Informasi Konflik Antara Azerbaijan dan Amenia” di Rumah Budaya Fenanie Center

Jakarta-MPI, 26 Oktober 2020

Diskusi Fananie Center tentang Informasi Konflik Antara Azerbajian dan Armenia yang dibawah pembahasannya oleh Bp Prof. Dr. Husman Bey Fanamie M.A (Duta Besar Indonesia Untuk Azerbajian 2016-2020).

Materi yang dipaparkan Prof Dr Husnan Bey Fananie MA Duta Besar Indonesia untuk Azerbaijan periode 2016 – 2020 dalam diskusi yg bertema Informasi Konflik antara Azerbaijan dan Amenia di Rumah Budaya Fananie Center jalan Cipinang Cempedak Jakarta Timur. Senin 26/10/2020.

Rumah Budaya Fananie sebuah bangunan kuno pada jaman Bung Karno yang masih kokoh bangunannya.
Wahyudin Permana selaku Ketua Rumah Budaya Fenanie Center menuturkan tentang Bangunan Rumah Budaya Fenanie beserta Dr Fauzan Mulyadi sebagai tuan rumah turut memberi sambutannya.

Diskusi yang merupakan konteks disampaikan Prof Dr Husnan Bey Fananie berkaitan mengenai konflik antara Azebaijan dan Armenia, yang mana Azerbaijan adalah negara merdeka dibawah kekuasaan Uni Sovyet yang berbatasan dengan Iran Utara dengan penduduk berjumlah 30 juta beretnik Azerbaijan, karena mereka sebetulnya orang orang Azerbaijan berbahasa Turki Ottoman, Turki Usmani dinasti Utsmaniyah.

Turki sekarang struktur fisiknya seperti Indonesia dengan Malaysia, jadi ketika Uni Sovyet berkuasa mencoba membagi bagi negri jajahannya. Amenia dengan penduduknya yang berpenduduk Turki dan muslim di selatan” tutur Prof Dr Husnan yang memaparkan sejarah konflik Azerbaijan dan Amenia.

Runtuh nya Uni Soviet di tahun 1990 membuat wilayah Kekuasannya terbagi2 seperti Negara Ukraina, Azerbajian, Finlandia, Georgia, Armenia dll mendirikan Pemerintahnya masing2. Kejadian yang disorot diera Pandemi Corona ini disalah satu mantan wilayah Uni Soviet terjadi perebutan wilayah Nagorno-Karabakh anatara Armenia dengan Azerbajian dikarenakan wilayah tersebut kaya akan Gas Bumi terbesar didunia. Konflik Nagorno-Karabakh telah berlangsung sejak tahun 1990-an, wilayah tersebut diakui secara internasional milik Azerbaijan akan tetapi dalam pemerintahannya dikuasai oleh separatis Armenia. Setidaknya lebih dari 30.000 orang jadi korban sepanjang konflik dua negara yang telah berlangsung hampir 30 tahun.

Sejak konflik hebat pecah 27 September 2020 antara negara pecahan Soviet tersebut memakan korban 5000 jiwa seperti yang diduga Presiden Rusia Vladimir Putin sampai saat ini. Sudah melakukan Gencatan ketiga kalinya sejak tanggal 12 Oktober 2020 selalu mengalami kebuntuan diakibatkan keegoisan dari Armenia yang selalu menyerang di luar wilayah tetorial Perang Nargono-Karabakh seperti kota Tafos, dll di wilayah negara Azerbajian.

Menteri Luar Negeri kedua negara bertemu dengan Wakil Menteri Luar Negeri AS Stephen Biegun pada hari Sabtu pekan lalu. “Menegaskan kembali komitmen untuk menerapkan dan mematuhi gencatan senjata kemanusiaan yang disepakati di Moskow pada 10 Oktober,” bunyi pernyataan bersama mereka.

“Amerika Serikat memfasilitasi negosiasi intensif di antara para Menteri Luar Negeri dan Ketua Bersama Grup Minsk untuk membawa Armenia dan Azerbaijan lebih dekat ke penyelesaian damai (atas) konflik Nagorno-Karabakh,” lanjut pernyataan tersebut, seperti dikutip dari AFP, Senin (26/10/2020).

Kedua negara itu sebelumnya sepakat gencatan senjata pada 10 Oktober dan 18 Oktober. Kedua kesepakatan itu dilanggar oleh baku tembak dan pejabat pemerintah kedua negara saling menyalahkan.

Dalam pernyataan terpisah, OSCE Minsk Group, yang dibentuk untuk menengahi konflik dan dipimpin oleh Prancis, Rusia dan Amerika Serikat, mengatakan ketua bersama dan menteri luar negerinya akan bertemu lagi di Jenewa pada 29 Oktober untuk membahas penyelesaian damai dari Konflik Nagorno-Karabakh sesuai dengan prinsip dasar yang diterima oleh para pemimpin Azerbaijan dan Armenia.

Nagorno-Karabakh terletak di Azerbaijan, tetapi telah berada di bawah kendali pasukan etnis Armenia yang didukung oleh Armenia sejak perang di sana berakhir pada tahun 1994. Pertempuran terbaru yang dimulai pada 27 September telah melibatkan artileri berat, roket, dan drone, yang menewaskan ratusan orang dalam eskalasi terbesar dalam seperempat abad terakhir. (Hamdanil/Irwan)



Posting Terkait

Jangan Lewatkan