FGD dengan Tema “Politik Luar Negeri Bebas Aktif & Kepentingan Ekonomi NKRI Di Era Joe Biden Diadakan Brain Society Center

Jakarta, 2 Desember 2020 – MPR RI dan BS Center mengadakan acara Focus Group Discussion (FGD) di Gedung MPR/DPR, Gatot Subroto Jakarta dengan bekerjasama Brain Society Center terkait Kemenangan Joe Biden sebagai Presiden Amerika Serikat dengan mengalahkan Donald Trumph sebagai Petahana Presiden RI, dimana acara tersebut diadakan pada hasi Selasa, 2 Desember 2020.

Adapun acara FGD dengan Tema “Politik Luar Negeri Bebas Aktif & Kepentingan Ekonomi NKRI Di Era Joe Biden tersebut yang menjadi Keynote Speach di ruang Delegasi Nusantara 5 adalah :

1. Bambang Soesatyo. SE. MBA (Ketua MPR RI)
2. Prof. Dr. Makarim Wibisono (Duta Besar RI untuk PBB 2004-2007)
3. Prof. Hikmahanto Juwana. SH (Pakar Hukum Internasional)
4. Dr. Phil. Shiskha Prabawaningtyas (Direktur Paramadina Graduate School of Diplomacy)
5. Dr. Alfan Alfian (Anggota Dewan Pakar BS Center)

Kemenangan Joe Biden atas Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) akan memberi dampak ke ekonomi global termasuk Indonesia, menyebutkan, terpilihnya Joe Biden menjadi Presiden Amerika Serikat (AS) setidaknya ada empat pengaruh terhadap ekonomi Indonesia.

“Pertama, ruang kerja sama bilateral antara kedua negara akan lebih ketat, karena memang, balik lagi kebijakan perdagangan yang jadi referensi oleh Biden adalah regional daripada perjanjian kerja sama bilateral,”.

Kedua, dengan terpilihnya Joe Biden membuat adanya peluang Indonesia bisa meningkatkan ekspor ke negeri Paman Sam.
“Dari segi impor, nilai impor perdagangan AS sebelum era Trump itu jauh lebih rendah daripada setelah era Trump, itu menjadi salah satu hal yang mungkin kita bisa meningkatkan ekspor ke AS,” katanya.

Ketiga, terpilihnya mantan wakil presiden AS ini bisa meningkatkan Foreign Direct Investment ( FDI) atau investasi asing langsung AS di beberapa negara.
Hal ini terlihat dari pernyataan Biden terkait beberapa fasilitas mengenai minimum corporate tax di perusahaan-perusahaan di luar AS yang akan mendorong FDI AS dibeberapa negara.
“Terutama negara berkembang itu akan meningkat, termasuk rencana investasi di Indonesia. Ini yang perlu jadi perhatian,” katanya.
Keempat, investment diversion atau perpindahan investasi dari China,
hal ini harus bisa dimanfaatkan pemerintah. Sebab jika tidak bisa memanfaatkan perpindahan investasi yang dilakukan AS ke negara berkembang maka Indonesia bisa kalah.

“Kalau misalnya kita tidak bisa memanfaatkan investment diversion dari China ini ke beberapa negara berkembang termasuk Indonesia kita akan kalah. Karena sebelumnya pada trade wars kita tidak mendapatkan apa-apa dari investment diversion atau perpindahan investasi dari China ke luar China,” ujarnya.

Sementara itu, khususnya dunia usaha tidak memproyeksikan banyak perubahan terkait hubungan perekonomian Amerika Serikat dan Indonesia setelah Joe Bidan menang Pemilu AS atau Amerika Serikat.

“Semua tergantung pada daya tarik iklim usaha dan investasi Indonesia, khususnya karena konflik AS-Cina dan negara-negara cenderung terus dipertahankan oleh Joe Biden karena kebutuhan ekonomi internalnya sendiri, khususnya untuk job creation. Jadi, ekonomi Indonesia sangat tergantung kondisi iklim investasi di negeri ini,”.

Terkait perdagangan, dikatakan, bahwa dalam jangka pendek ekspor Indonesia ke Amerika Serikat akan tergantung pemulihan ekonomi negeri itu dari Covid-19.
Menurut dia, Indonesia sudah melakukan pemetaan produk unggulan dan potensi ekspor ke Amerika yang saat ini akan difasilitasi untuk penetrasi lebih besar.

“Ada beberapa produk yang mengalami kenaikan karena perang dagang ini akan terus di intensifkan. Juga dengan perpanjangan GSP yang diperoleh Indonesia akan terus diupayakan untuk peningkatan utilisasinya,”.

Lebih lanjut diperkirakan, kebijakan perdagangan ketika Joe Biden menang Pemilu AS tidak akan jauh berbeda dengan pendahulunya, Donald Trump.
“Pada prinsipnya kebijakan Joe Biden akan relatif sama dengan Donald Trump. Hanya saja konsep yang diusung Biden lebih terstruktur, bukan sporadis seperti Trump,” ujar dia.



Posting Terkait

Jangan Lewatkan