Kab Bandung, MPI.
Dalam rangka percepatan pemulihan DAS Citarum, Dansektor 21 Kolonel Inf Yusef Sudrajat bekerja sama dengan Relawan Eco Enzyme Nusantara Bandung melaksanakan pelatihan bagi semua Dansubsektor untuk mengembangkan cairan organik yang ramah lingkungan di Desa Rancatungku Kecamatan Pameungpeuk, Senin (28/12).
Cairan ramah lingkungan yang diberi nama Eco Enzyme ini adalah cairan hasil dari fermentasi sampah dapur dan buah buahan, pertama kali dikembangkan oleh Dr Rosukan Poompanvong dari Thailand 30 tahun yang lalu.
Dalam paparannya, Dansektor 21 menyampaikan bahwa untuk mengembalikan kondisi DAS Citarum harus terus bekerjasama dengan berbagai komponen, salah satunya relawan Eco Enzyme Nusantara yang selama ini konsen dengan pengembangan cairan organik dan ramah lingkungan.
” Eco Enzyme ini banyak sekali manfaatnya, terutama bagi ibu ibu karena selain bisa untuk membersihkan udara dan perabotan, juga sekaligus bisa menyuburkan tanah,” ujar Kolonel Inf Yusef.
” Selain itu Eco Enzyme ini sangat murah, karena dibuat dari bahan yang sehari hari kita konsumsi, seperti sayuran dan buah buahan, dan pembuatannya juga tidak sulit, cukup dengan menggunakan gula merah, sayur dan buah sisa makanan serta air dengan perbandingan 1-3-10,” terangnya.
Menurut Dansektor 21, pembuatannya sangat mudah dan murah, maka dilakukan pelatihan dan praktek kepada para Dansubsektor untuk kemudian membuat fermentasi ECO Enzyme ini di sub masing masing.
” Tadi kami juga langsung praktek membuat fermentasi Eco Enzyme, setelah 3 bulan nanti akan terlihat hasilnya, dan kita akan pergunakan untuk mendukung percepatan pemulihan DAS Citarum,” ucap Kolonel Yusef.
Sementara itu Dodi salah satu relawan Eco Enzyme nusantara Bandung menerangkan bahwa dirinya beserta anggota lain akan turut serta dalam pemulihan DAS Citarum,” hari ini kami laksanakan di sektor 21, kami berharap dapat berkunjung dan bekerja sama dengan 23 sektor”.
” Cara membuatnya sangat mudah, setelah bahan tersedia, masukan limbah sayuran atau buah, gula merah, dan air ke dalam wadah kedap udara, perbandingannya 10 untuk air, 3 untuk limbah buah / sayuran, 1 untuk gula merah”.
Disarankan Dodi, Setelah dicampurkan, aduk bahan tersebut. Pilih wadah kedap udara berbahan plastik seperti ember bekas cat agar wadah tidak meledak saat gas menumpuk.
” Setelah pengadukan selesai, tutup wadah hingga kedap udara dan biarkan selama 3 bulan di tempat terlindung. Selama tahap awal fermentasi, diminta membuka wadah setiap seminggu sekali untuk melepaskan gas yang terkumpul,” ungkapnya.
” Setelah 90 hari, langsung diambil airnya yang sudah difermentasi, dan bisa dipergunakan untuk berbagai manfaat,” tutup Dodi.
Rie.