Jakarta – MPI, 11 Januari 2021. Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi kembali menegaskan komitmen Kementerian Perdagangan dalam mendukung pemulihan ekonomi 2021 dari dampak pandemi Covid-
19.
Menurutnya, Kementerian Perdagangan akan melaksanakan berbagai langkah penanganan serta kebijakan dalam menyikapi ekonomi dunia yang saat ini sedang sulit. Hal ini disampaikan Mendag dalam konferensi pers yang diselenggarakan secara virtual, hari ini, Senin (11/1).
“Dalam menghadapi berbagai tantangan yang ada di sektor perdagangan saat ini, Presiden Joko Widodo memberikan tiga mandat kepada Kementerian Perdagangan untuk segera dapat
dilaksanakan,” ujar Mendag.
Tiga mandat tersebut, lanjut Mendag, pertama, menjaga stabilitas harga, terutama inflasi serta
meningkatkan daya beli masyarakat. Kedua, membantu pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) dalam menembus pasar ekspor. Ketiga, meningkatkan ekspor melalui perjanjian kerja sama perdagangan internasional, salah satunya dengan negara-negara tujuan ekspor nontradisional.
Untuk itu, Kemendag akan melaksanakan berbagai kegiatan dan kebijakan dalam melaksanakan mandat-mandat yang telah diamanatkan tersebut. Dalam menggerakkan perekonomian nasional, Kemendag akan memastikan arus barang tetap berjalan dengan baik.
“Kemendag berkomitmen terus menjaga stabilitas harga dan pasokan bapok agar terjangkau masyarakat, termasuk dalam
menghadapi Ramadan dan Lebaran. Kami sudah memastikan ketersediaan barang penting seperti gula, daging, dan beras cukup dalam menghadapi hari besar tersebut,” jelas Mendag.
Selain itu, Kemendag akan terus membantu pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam menembus pasar ekspor. Kemendag akan terus membantu UMKM agar lebih kompetitif sehinggadapat menembus pasar ekspor negara tradisional dan nontradisional.
Mendag menyampaikan, di Indonesia kini sedang terjadi fenomena baru, yaitu yang sebelumnya Indonesia dikenal sebagai negara pengekspor barang mentah dan barang setengah jadi, di masa yang akan datang Indonesia akan menjadi pengekspor barang industri berkualitas tinggi.
“Indonesia akan menjadi pengekspor barang industri melalui produk besi baja dan kendaraan bermotor. Kedua barang ini adalah fenomena baru dalam ekspor Indonesia di masa yang akan datang. Nilai yang disumbangkan kedua produk ini sangat tinggi dan menjanjikan,” terang Mendag.
Menurut Mendag, di masa yang akan datang apabila ingin menjadi pengekspor yang besar, kita harus membuka pasar kita agar menjadi lebih kompetitif. “Karena dengan terbukanya pasar, maka akan mengundang investasi dan industrialisasi masuk. Dengan banyaknya investasi dan industrialisasi yang masuk, maka akan melahirkan berbagai peluang ekspor ke depannya,” jelas Mendag.
Mendag menambahkan, beberapa produk ekspor Indonesia yang saat ini jumlahnya signifikan adalah produk kayu, sebesar USD 3,44 miliar dan perhiasan, sebesar USD 7,88 miliar yang didominasi oleh padat karya. “Banyak UMKM yang bisa kita galakkan dari sektor ini. Kedua barang ini akan terus kita dorong untuk UMKM dan semoga dapat menciptakan banyak lapangan kerja,” harap Mendag.
Secara kumulatif, total ekspor Indonesia selama Januari—November 2020 mencapai USD 146,78 miliar, sedikit mengalami penurunan yaitu 4,22 persen (YoY). Pada sektor nonmigas, sepanjang Januari—November 2020 ekspor sektor nonmigas turun sebesar 2,18 persen, begitu juga dengan ekspor sektor migas turun 31,59 persen.
Nilai ekspor Indonesia pada November 2020 ke negara mitra utama terus tumbuh, antara lain ke
Tiongkok tumbuh 16,17 persen (MoM), Jepang tumbuh 11,67 persen (MoM), India tumbuh 10,04 persen (MoM), Australia 16,56 persen (MoM), dan Korea Selatan tumbuh 7,12 persen (MoM).
Kinerja ekspor di beberapa negara di kawasan ASEAN dan Uni Eropa juga masih terus tumbuh, seperti ekspor ke Malaysia dan Thailand masing-masing sebesar 24,5 persen dan 8,79 persen; serta ke Jerman dan Belanda sebesar 35,38 persen (MoM) dan 7,52 persen (MoM).
Dalam kesempatan ini, Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga juga turut menyampaikan berbagai pencapaian perundingan perjanjian perdagangan internasional pada 2020. Wamen menjelaskan, untuk perjanjian dagang yang sudah berlaku adalah Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA), ASEAN-Hongkong Free Trade Agreement (FTA), dan First Protocol to Amend ATIGA.
Pada 2020, telah dilaksanakan pula penandatangan perjanjian dagang Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) dan Indonesia-Korea CEPA. Selain itu, Indonesia juga menjalankan proses ratifikasi dalam Indonesia-EFTA CEPA dan Indonesia-Mozambik Preferential Trade Agreement (PTA).
Wamendag melanjutkan, tahun lalu juga menjadi catatan tersendiri dengan diperpanjangnya fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) Amerika Serikat untuk Indonesia dengan total 3.572 pos tarif
produk dan dilaksanakannya WTO Trade Policy Review Indonesia ke-7.
“Memasuki 2021, Kemendag telah menargetkan untuk menyelesaikan 11 kesepakatan perjanjian
perdagangan internasional dengan berbagai negara, salah satunya yang paling besar adalah EU-CEPA,” terang Wamendag.
Menutup acara, Mendag kembali mengajak seluruh pihak untuk terus bersama-sama mendukung pemerintah membangkitkan kembali geliat perekonomian nasional. “Dengan sejumlah strategi yang telah disiapkan, serta dengan sinergi dan komitmen kuat dari seluruh pihak terkait, semoga sektor ekonomi akan segera bangkit dari keterpurukan dan memberi dampak positif ke berbagai sektor lainnya,” pungkas Mendag.