BANGGAI, MPI_Bupati Banggai, Ir. H. Amirudin Tamoreka, berharap Karang Taruna di Kabupaten Banggai bisa berperan aktif sebagai duta informasi dan intens mensosialisasikan pentingnya penerapan protokoler kesehatan (prokes) dalam aktifitas keseharian kepada masyarakat.
Hal ini disampaikannya saat menyerahkan piagam penghargaan kepada Karang Taruna Desa yang berhasil meraih penghargaan pada Bursa Inovasi Karang Taruna tahun 2021 tingkat Kabupaten Banggai, Selasa (24/08), diruang rapat umum kantor Bupati Banggai, kawasab perkantoran Bukit Halimun, Kelurahan Tombang Permai, Kecamatan Luwuk Selatan, Kabupaten Banggai.
“Saya berharap Karang Taruna bisa intens berperan sebagai duta pemberi informasi tentang virus Covid-19 kepada masyarakat. Begitu juga para Kepada Desa, aktif mencanangkan pematuhan prokes, terutama penggunaan masker,” ungkapnya.
Bupati menuturkan sehubungan dengan pandemi Covid-19, saat ini Kabupaten Banggai berada pada kondisi Covid level 4. Meskipun trend yang cukup baik yakni adanya penurunan, kasus Covid-19 di Kabupaten Banggai masih yang tertinggi di Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng).
Untuk itu, Bupati Banggai menekankan dan menghimbau kepada para Kepala Desa dan Karang Taruna agar intens melakukan sosialisasi dan mengedukasi masyarakat untuk patuh pada prokes.
Bupati menguraikan presentase kematian pada kasus Covid-19 di Kabupaten Banggai didominasi oleh usia 50 tahun keatas, terutama yang memiliki riwayat penyakit bawaan. Sementara presentase kematian pada kasus Covid-19 untuk usia 20-40 tahun itu sangat sedikit.
“Padahal kalau kita lihat orang tua kita itu jarang keluar. Tapi untuk usia 20-40 tahun, karena kondisi fisiknya bagus, mereka tidak merasa bahwa sudah kena virus Corona. Mereka tetap bergaul seperti biasanya dan aktif berinteraksi dengan orang tuanya. Yang akhirnya membuat orang tuanya terpapar, dan berujung pada kematian,” urainya.
Tak hanya itu, lanjutnya, ketika terpapar, pasien dengan rentang usia 20-40 tahun merasa malu untuk menyampaikan bahwa telah terinfeksi virus Covid-19.
“Nanti sudah parah, sudah sesak nafasnya, baru menyampaikan. Rata-rata yang meninggal di Rumah Sakit adalah yang saturasinya dibawah 50, akhirnya sudah tidak tertolong. Padahal anjuran pemerintah, apabila saturasi barada dibawah angka 95, itu harus sudah masuk Rumah Sakit. Tapi karena malu dan berpikir bahwa seakan-akan itu aib, akhirnya tetap berada di rumah saja. Jangan malu, Covid-19 ini bukan aib. Tidak perlu terlalu khawatir, karena Covid itu bisa sembuh sepanjang kita menjaga dan disiplin menerapkan prokes. Yang paling berdampak itu adalah anak-anak muda,” tandasnya.(dewi)