*APIN – Bangkitkan Ekonomi Mandiri*
Air mineral PIN (APIN) yang di gagas oleh Ketua Umum Pejuang Islam Nusantara (Ketum PIN) Abdul Kholiq melalui Bidang Usaha dan Perekonomian (BUP) Pimpinan Pusat (PP) PIN telah memasuki babak pembangunan kolam tampung. Dengan kapasitas produksi hingga 468.000 liter air per-hari disinyalir akan mampu membangkitkan ekonomi mandiri organisasi yang di pimpinnya.
Terletak di desa Pagerandong Mrebet tepatnya di Pondok Pesantren Al-Mujahadah yang merupakan Pondok Pesantren tertua di Purbalingga Jawa Tengah tempat ditemukan sumber mata air, Abdul Kholiq kemudian menggagas pembuatan industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) guna membangkitkan ekonomi PIN secara mandiri.
Informasi yang diterima tim redaksi, bak tampung dengan ukuran 6,5 x 4,5 meter jika di asumsikan dengan 19 Liter air dalam 1 galon, maka dapat menghasilkan 24.631 galon atau setara dengan 468.000 botol untuk ukuran 1 liter. Namun jika di asumsikan dalam ukuran 600 mililiter maka akan menghasilkan 780.000 botol atau setara dengan 2.127.272 gelas ukuran 220 mililiter yang dapat dihasilkan dalam satu hari produksi.
“Kami secara terbuka mengajak pengurus dan anggota untuk sama-sama berinvestasi dalam program ini karena APIN merupakan upaya bersama untuk membangkitkan kemandirian ekonomi. Pengelolaannya kami lakukan secara profesional dan transparan sehingga semua merasakan manfaat, setiap tahapan-tahapan selalu kami laporkan”, tegas Abdul Kholiq.
Ia juga menambahkan, “Selain profit yang akan diperoleh oleh pengurus dan anggota yang berinvestasi, APIN tentu memberikan benefit bagi organisasi dan masyarakat. Terkait izin dengan instansi terkait atau hal-hal lain semua sedang dalam proses dan berjalan secara paralel, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan”, ungkapnya.
Pondok pesantren Al-Mujahadah sendiri merupakan pusat kegiatan thoriqoh, dzikir serta suluk dimana menurut penuturan tokoh agama yang juga rois syuriah PCNU setempat KH. Nur Kholis sebagai tempat keramat yang memiliki nilai sejarah karena wilayah ini tidak terjamah oleh penjajah.
“Tempat ini dahulu merupakan kerajaan jin dan tidak ada orang yang sanggup menaklukan kecuali KH. Muhammad Umar. Sebagai ulama pembawa agama Islam dan mursyid thoriqoh Naqsyabandiyah Kholidiyah di wilayah ini kemudian beliau mendirikan pondok pesantren Al-Mujahadah ini pada tahun 1812”, ungkapnya. (Andre Hans)