BANGGAI, MPI_Sebagai wujud apresiasi pemerintah daerah terhadap pentingnya konsumsi pangan lokal, sayur dan buah, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banggai gelorakan gerakan diversifikasi pangan.
Gerakan diversifikasi merupakan suatu bentuk upaya pemerintah dalam pangan sebagai mengubah pola konsumsi pangan, tidak hanya tergantung kepada beras, sehingga masyarakat akan mengkonsumsi lebih banyak jenis pangan.
Kepada awak media ini, Bupati Banggai, Ir. H. Amiruddin Tamoreka, menyampaikan sebagian besar masyarakat Kabupaten Banggai telah lama melakukan diversifikasi pangan dengan mengkonsumsi pangan lokal seperti pisang, ubi, sagu dan ikan sebagai makanan pokok.
“Setiap kami melakukan terobosan ke Kecamatan-kecamatan atau desa-desa masyarakat antusias menyediakan pangan umbi-umbian dan buah kepada kami,” ungkapnya usai mengikuti giat Diversifikasi Pangan Lokal dan Gelar Buah Nusantara Tahun 2021, Senin (06/09), secara Virtual dari ruang Rapat Khusus kantor Bupati Banggai, kawasan perkantoran Bukit Halimun, Kelurahan Tombang Permai, Kecamatan Luwuk Selatan, Kabupaten Banggai.
Pada kesempatan ini, Bupati juga menghimbau kepada masyarakat Kabupaten Banggai agar membiasakan diri untuk mengkonsumsi umbi-umbian dan sebagai bahan pangan pokok pengganti beras.
“Biasanya usai pulang kantor kami makan bersama, kami bakar-bakar ikan dan kami dikonsumsi tanpa menggunakan nasi, hanya ikan saja. Hal ini juga sering saya jumpai di masyarakat Kabupaten Banggai. Mereka gemar makan ikan bakar tanpa menggunakan nasi, dan banyak juga yang makan ikan dengan sagu,” ucapnya.
Lebih lanjut Bupati mengatakan dalam giat yang diikuti oleh seluru kepala daerah se-Sulawesi Tengah (Sulteng), Wakil Gubernur Sulteng, Ma’mun Amir, mengungkapkan indikator pencapaian diversifikasi konsumsi pangan adalah skor pola pangan harapan yang ditentukan oleh konsumsi 9 komponen pangan.
Yakni padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berlemak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah serta komponen lain.
Sementata itu, upaya mendukung ketersediaan pangan secara berkelanjutan dengan mengembangkan pangan lokal sebagai warisan budaya leluhur seperti ubi banggai, jagung, pisang, sukun, talas, ubi jalar dan lain-lain.
“Capaian skor PPH Sulteng tahun 2019 adalah 82,5 yang kemudian menjadi 82,2 pada tahun 2020, dan pada tahun 2021 turun lagi menjadi 81,6. Jika skor PPH semakin tinggi menandakan konsumsi pangan masyarakat semakin beragam dan komposisinya semakin baik dan seimbang, sehingga daya tahan tubuh akan semakin terjaga, sehat dan kuat,” ujar Bupati mengutip sambutan Wakil Gubernur Sulteng.
Dikatakan, tantangan utama di Sulteng adalah masalah daerah rawan pangan dan stunting, dimana terdapat 45 kecamatan di wilayah kabupaten/kota yang terindikasi rawan pangan, serta masih terdapat 31,26 persen penduduk balita yang tergolong stunting.
“Untuk mengentaskan kedua masalah tersebut, Wagub Sulteng berharap agar kontribusi pangan lokal, sayur dan buah dapat dioptimalkan sehingga derah rawan pangan dan stunting dapat berkurang secara signifikan. Salah satunya dengan mengembangkan pangan lokal, sayur dan buah di lahan pekarangan maupun lahan yang masih kosong di sekitar kita. Gerakan diversifikasi pangan harus didukung oleh pemerintah daerah,” tandasnya.(dewi)