Stunting Tantangan Pengembangan SDM Indonesia

MediaPATRIOT – Jakarta – Indonesia digadang menjadi negara maju pada 2045. Akan tetapi berkaca pada pembangunan yang dibangun pada era pemerintahan Presiden Soeharto, Indonesia perlu memperhatikan pembangunan manusia sejak 1000 hari pertama kehidupan.

“Jokowi saat ini berada pada on the right track, jalur yang benar,” kata Menko PMK, Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P. pada peluncuran buku Menuju Indonesia 2045 di Lemhannas RI (6/10). Angka stunting Indonesia mencapai 27,6 persen. Kondisi stunting ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan produktivitas SDM Indonesia. Tiap 10 kelahiran terdapat 3 anak tumbuh stunting. Bahkan 50 persen usia produktif yang ada saat ini adalah akibat stunting di masa lampau. “Akibat stunting saat ini tidak bisa diintervensi apapun,” tegas Muhadjir.

Negara maju memiliki SDM berkualitas karena adanya perbaikan bidang kesehatan dan pendidikan. Pondasi kemajuan negara-negara Eropa Barat, Jepang, Korea, dan sekarang Cina adalah pembenahan besar-besaran di bidang kesehatan dan pendidikan.
“Negara-negara tersebut memastikan generasi muda mendapat asupan gizi yang baik sejak berbentuk janin, mendapat perawatan kesehatan yang bagus dan memperoleh pendidikan yang bermutu, termasuk di masa pandemi Covid seperti sekarang,” kata Gubernur Lemhannas RI, Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo. secara paralel dilakukan pula pembangunan infrastruktur fisik secara besar-besaran, termasuk infrastruktur teknologi. Berikutnya memperkuat penelitian dan pengembangan untuk inovasi teknologi.

Melalui metode serupa, Agus melanjutkan mestinya juga bisa melahirkan sumber daya manusia Indonesia yang unggul dan berbudaya. “Dalam konteks itu barulah kita bisa menikmati apa yang disebut sebagai bonus demografi,” kata Agus. Sesungguhnya memang lebih tepat istilah asli dalam bahasa inggris yaitu demographic dividend atau diterjemahkan sebagai dividen demografi. dalam arti, hanya jika kita berinvestasi dengan baik kepada generasi muda, berupa kesehatan dan pendidikan, barulah kita bisa berharap mendapat keuntungan yang setimpal.

Pada masa periode pemerinthan Presiden Soeharto, Indonesia terkenal dengan program SD Inpres. Ini merupakan pembangunan SDM Indonesia pada level periode tengah. Pada waktu itu, Indonesia mendapat penghargaan UNESCO dalam hal pemberantasan buta huruf. Saat itu SD Inpres menjadi program mengganti pendidikan non formal menjadi formal. “Dalam waktu 7 tahun ada 60 ribu sekolah berhasil dibangun. Itu prestasi yang luar biasa,” lanjut Muhadjir.

Berkaca dari periode tersebut, Pemerintahan Jokowi membangun pada periode awal, yakni 1000 hari kehidupan manusia. “Program 1000 hari mencakup 9 bulan awal kandungan, dan 2 tahun kehidupan pertama,” tutur Muhadjir. Seribu hari kehidupan pertama berpengaruh pada etape paling strategis kehidupan yaitu usia 16 tahun sampai 65 tahun.

Stunting tidak dilihat sebagai penyakit tapi masalah keluarga, undang2 yang dilihat tentang perkembangan pendudukan. Yang menangani adalah BKKBN. Kita kalau membangun SDM 2045 harus memulai dari awal kehidupan. Angka stunting 27,6 persen. Kondisi stunting ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan produkfit. 50 persen usia produktif sekarang adalah akibat stunting. Akibatnya stunting tidak bisa diintervensi apapun.

Lauching buku ini berlangsung pada  Rabu, 6 Oktober 2021,  pukul 15.00 s.d. 18.00 WIB dilaksanakan secara hybrid dengan menghadirkan narasumber terkemuka, di antaranya, Gubernur Lemhannas RI , Letjen TNI (Purn.) Agus Widjojo; Menteri Koordinator Bidang Pembangunan manusia dan Kebudayaan RI, Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P; Direktur Eksekutif CSIS, Phillips J. Vermonte; serta Direktur Komunikasi Kompas Group, Glory Ojong. Sebagai moderator adalah Tri Agung Kristanto, Wakil Pemred Kompas.
Kegiatan ini diharapkan mampu menggambarkan capaian dan juga tantangan yang dihadapi Indonesia dalam menyongsong 100 tahun Indonesia Merdeka. Sehingga Indonesia mampu bersaing dengan negara lain untuk mewujudkan generasi emas Indonesia Maju. (red Irwan)



Posting Terkait

Jangan Lewatkan