Kota Bekasi, MPI
Anggota Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Dra. Hj. Wenny Haryanto, S.H. mengingatkan pentingnya peran orang tua dalam memperhatikan pertumbuhan anak. Hal ini untuk menghindari adanya gangguan pertumbuhan pada anak atau sering disebut dengan istilah Stunting.
Pernyataan ini disampaikan Wenny Haryanto saat kegiatan Sosialisasi Penguatan Pendataan Keluarga dan Kelompok Sasaran Bangga Kencana (Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana) Bersama Mitra tahun 2021, Kamis (7/10). Kegiatan yang berlangsung di Aula Rumah Makan Rumpikal, Kecamatan Medansatria, Kota Bekasi, ini bekerjasama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Nampak hadir dalam kesempatan tersebut, yakni Direktur Perencanaan Pengendalian Penduduk BKKBN RI, Munawar Asikin, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat, Drs Wahidin, M.Kes, serta Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kota Bekasi, Marisi. Sementara itu, sosialisasi ini diikuti oleh 180 peserta dari kalangan penyuluh KB, kader Posyandu, dan tokoh masyarakat.
Kegiatan sosialisasi dibagi menjadi dua sesi, berdasarkan wilayah kelurahan yang sudah dijadwalkan. Hal ini untuk menghindari kerumunan sesuai ketentuan protokol kesehatan (Prokes) guna mencegah penyebaran virus Covd-19.
Acara dikemas dengan pemaparan para narasumber dari BKKBN dan Wenny Haryanto. Selain itu juga ada kuis dari Wenny Haryanto untuk para peserta, dengan hadiah berupa uang untuk menghidupkan suasana.
Para peserta terlihat antusias mengikuti sosialisasi ini. Terlebih lagi bagi para peserta yang beruntung bisa membawa pulang beragam doorprize berupa kulkas, kompor gas dan peralatan elektronik lainnya.
Gejala Stunting
Saat mengawali pemaparannya, Wenny Haryanto menjelaskan arti dari Stunting. Menurut Legislator Senayan asal Fraksi Golkar ini, stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan tubuh dan otak pada anak akibat kekurangan gizi dalam kurun waktu yang lama.
“Anak yang menderita stunting ini lebih pendek dari anak normal seusianya, tapi itu beda dengan kerdil yang disebabkan oleh kelainan genetik. Selain itu, anak juga mengalami keterlambatan dalam berfikir,” ulas Wenny Haryanto yang berasal dari Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Barat VI meliputi Kota Bekasi dan Kota Depok.
Wenny menambahkan, penyebab umum stunting adalah akibat asupan gizi makanan yang kurang, sejak dalam kandungan, hingga terlihat pada saat anak berusia 2 tahun. “Kita sebagai orang tua bisa melihat atau mencermati beberapa gejala stunting,” katanya.
Wenny lalu memaparkan gejala-gejala seorang anak mengalami stunting, salah satunya adalah pertumbuhan gigi yang terlambat. “Lalu terjadinya penurunan kemampuan belajar, artinya anak menjadi tidak fokus belajarnya,” imbuh dia.
Gejala yang ketiga adalah pertumbuhan tubuhnya melambat. “Lalu gejala yang keempat, wajah anak yang mengalami stunting terlihat lebih muda dari anak-anak seusianya,” ujar Wenny.
Sementara untuk gejala yang kelima, kata Wenny, anak yang mengalami gagal pertumbuhan akan terlambat mendapatkan masa pubertasnya (mimpi basah dan menstruasi). “Kemudian untuk gejala yang keenam, pada usia 8 sampai 10 tahun, anak cenderung menjadi pendiam, tidak banyak melakukan kontak mata dengan orang sekitarnya,” ungkapnya.
Sedangkan untuk gejala yang ketujuh, karena anak kekurangan gizi yang kronis, menyebabkan dirinya mudah terpapar penyakit. “Nah, itulah gejala-gejala yang terjadi terhadap anak yang mengalami stunting,” jelasnya.
“Sebagai orang tua, kita bisa memantau dan memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan anak-anak kita. Sehingga kita bisa mengantisipasi dan mencegah secara dini jika ada gejala-gejala ganguan kesehatan yang dialami anak kita,” lanjut Wenny.
Tips Pencegahan
Selain memaparkan gejala-gejala stunting. Wenny Haryanto juga memberikan tips kepada para peserta yang hadir untuk mencegah terjadinya gagal pertumbuhan pada anak. “Salah satunya adalah ketika ibu sedang hamil, berikan tablet penambah darah, karena ibu-ibu yang sedang hamil sangat memerlukan zat besi untuk bayinya,” ulas Wenny.
Selanjutnya, tambah Wenny, berikan ibu hamil nutrisi yang lengkap, misaknya dengan rutin mengkonsumsi makanan yang mengandung unsur Empat Sehat Lima Sempurna. “Lalu ketika bayi sudah lahir, berikanlah imunisasi dasar secara lengkap, agar bayi kita memiliki kekebalan tubuh,” imbuhnya.
Selain itu, sang ibu juga harus memberikan ASI (air susu ibu) Eksklusif untuk bayinya hingga bayinya berusia 6 bulan. “Jangan dengan susu kaleng, buah-buahan atau makanan padat, cukup berikan ASI saja, bagi Ibu2 yang ASInya lancar dan bagus” tegasnya.
Yang terpenting, ungkap Wenny, kita harus membiasakan perilaku hidup sehat dan bersih. “Karena akan mempengaruhi pertumbuhan tubuh anak kita, kalau kita sehat maka anak kita pun akan sehat tapi kalau kita berperilaku hidup tidak sehat, maka anak kita akan mudah terkena infeksi penyakit,” ucapnya.
Terakhir, Wenny mengingatkan para ibu-ibu agar terus memantau pertumbuhan anak. “Jangan malas untuk memantau pertumbuhan anak, tiap bulan bawalah anak ke Posyandu atau Puskesmas untuk ditimbang badannya, diukur tinggi badannya dan diukur lingkar kepalanya,” katanya.
Wenny berharap upaya bersama yang dilakukan ini bisa mencapai target penurunan jumlah anak yang mengalami gangguan pertumbuhan atau stunting di Indonesia. “Targetnya hingga 2024 nanti harus mencapai 14 persen jumlah penderita stunting, target ini sangatlah berat karena pada tahun 2019 saja targetnya baru mencapai 27 persen,” ujarnya.
Karena itu, Wenny menghimbau kepada para peserta agar mencermati sosialisasi ini sehingga bisa disosialisasikan lagi kepada masyarakat. “Kita semua harus bekerja keras dan bahu-membahu demi kesehatan anak-anak kita, agar menjadi generasi penerus bangsa yang cerdas, sehat dan handal,” pungkasnya. (Mul)