MediaPATRIOT – Organisasi Gerakan Penerus Perjuangan Merah Putih (GPPMP) 14 Februari 1946 mengingatkan kita pada peristiwa sejarah di Manado, pada 1946. Berita tentang Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 oleh Soekarno-Hatta itu baru didengar di Manado pada 21 Agustus.
Berita itu sangat menggembirakan rakyat Sulawesi Utara dan siap mempertahankan kemerdekaan itu. Mereka segera mengibarkan Bendera Merah Putih di setiap area dan menduduki kantor-kantor yang sebelumnya dikuasai oleh tentara Jepang.
Awal Oktober 1945, tentara Sekutu bersama dengan NICA (Netherland Indies Civil Administration) tiba di Sulawesi Utara. Manado berhasil diduduki kembali oleh tentara Sekutu dan NICA.
Tak tega melihat situasi ini, Letnan Kolonel Charles Choesj Taulu, pemimpin militer, bersama Sersan SD Wuisan menggerakkan pasukan untuk mengambil alih markas pusat militer Belanda. Belum lagi menyerang, mereka sudah ditangkap.
Komando Mambi Runtukahu, seorang pemimpin anggota KNIL asal Minahasa bersama rakyat Manado berhasil membebaskan C Taulu dan Wuisan. Pertempuran kembali berlanjut. Puncak penyerbuan ditandai dengan perobekan bendera Belanda dan dikibarkannya Bendera Merah Putih di atas gedung markas Belanda, di Teling, Manado.
Peristiwa itu membuktikan bahwa masarakat Sulawesi Utara mendukung adanya NKRI sejak awal. Semangat heroik itu dikenang dalam pembentukan organisasi bernama Gerakan Penerus Merah Putih yang berdiri pada 17 Juli 1986.
Kepada KomunitasTodays.com, salah satu anggota Dewan Penasihat GPPMP, Irjen Pol. (Purn) Dr. Ronny Frangky Sompie, S.H., M.H, yang ditemui usai acara Pengukuhan Dewan Pengurus Pusat Gerakan Penerus Merah Putih, di Gedung Joang ’45, Jakarta, beberapa saat lalu, mengatakan, Gerakan Penerus Merah Putih ini memang dibentuk berdasarkan sejarah. Bagaimana perjuangan sesudah merdeka, kita mempertahankan kemerdekaan melalui sebuah kegiatan heroik yang terjadi di Manado, pada 14 Februari 1946. Itu kemudian dikenang dan diperingati dengan membentuk sebuah organisasi.
Tadinya, namanya Generasi Penerus Perjuangan Merah Putih 14 Februari 1946. Sekarang menjadi sebuah gerakan, yang dimaksudkan bahwa dengan gerakan dia tetap dinamis untuk mengikuti perkembangan sekarang ini, terutama bagaimana kita bersama-sama dengan anak bangsa yang lain mempersatukan dan mempertahankan NKRI dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika.
Tentang anggota gerakan ini, Ronny menjelaskan, tidak tertutup untuk keanggotaan dari anak bangsa yang lain. Ini memang bagian dari upaya bersama bagaimana kita meneruskan rasa kejuangan ini kepada anak-anak kita secara berlanjut
Organisasi GPPMP ini melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya lebih sosialisasi nilai-nilai persatuan, kunjungan-kunjungan untuk membangun jaringan dalam melestarikan kesatuan dan persatuan bangsa cinta Merah Putih sebagai bendera kebangsaan kita.
Dengan perkembangan selama pandemi ini, di mana IT menjadi perekat orang-orang yang jauh melalui komunikasi-komunikasi, media sosial (instragram, facebook, WA, youtube) ini menjadi salah satu sarana bagi generasi penerus perjuangan Merah Putih untuk menyampaikan pesan-pesan. Karena dengan komunikasilah terbangun jiwa persatuan dan kesatuan. Di mana ada komunikasi, maka kita bisa menjalin hubungan satu sama lain. Tanpa komunikasi, kita terhenti. Terjadi sekat-sekat.
Dengan perkembangan IT sekarang ini akan lebih mudah kita berkomunikasi. Kebetulan generasi milenial sangat menyukai IT. Itu yang akan kita andalkan ke depan.
“Kepada kepengurusan GPPMP 14 Februari 1946, periode 2021-2026 yang baru saja dikukuhan, saya berharap bisa melanjutkan semangat kepengurusan yang lama untuk lebih membangun dinamika, tidak hanya seremonial saja sebatas ada pengukuhan, tetapi betul-betul mengejawantan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Pengurus ini harus menjadi teladan. Dari situ dia akan memancarkan semangat persatuan dan kesatuan NKRI,” pungkas Ronny. * (Irwan)