Kuningan, MPI.
Danau merupakan suatu kekuatan potensial dalam perkuatan pertahanan. Danau bisa memiliki suatu nilai yang sangat besar, karena air mempunyai nilai strategis.
Danau juga merupakan bagian dari suatu komunitas untuk pemanfaatannya dapat dilakukan melalui pendekatan sosial, pendekatan alam, dan pendekatan teknologi. Menurutnya, di sini pemanfaatan Danau masih belum maksimal bila dilihat dari rangkaian ekosistem.
Hal itu dikatakan Pangdam III/Siliwangi saat melakukan sosialisasi inovasi biologi BIOS 44 bersama Ibu Ketua Persit KCK Daerah III/Slw di Waduk Darma Kabupaten Kuningan, Kamis (9/06).
“Saya ke sini mencoba melakukan penebaran ikan, tentunya tidak sekedar menebar ikan. Tapi juga bagaimana mencoba mentreatmen danau menjadi suatu potensi yang intergral, antar lingkungan alam, manusia dan teknologi,” ujar Pangdam.
Menurutnya ada pendekatan dan cara mentreatmen danau melalui fisika atau mesin, tetapi tentu mahal biayanya, apalagi menggunakan bahan kimia, itu akan lebih rawan dan bahaya.
” Oleh karena itu kita mencoba melalui pendekatan biologi menggunakan mikroba dan bakteri yaitu inovasi Bios 44,” jelasnya.
Pangdam menambahkan bahwa, Bios 44 merupakan teknologi biologi mikroba sebagai suatu upaya melalui proses penguraian sedimen untuk mengurangi amoniak. Amoniak diurai menghasilkan nitrit, dari nitrit akan menghasilkan oksigen yang baik. Disisi lain sedimen tanah akan terurai dan bekurang hal itu menjadikan debit air lebih banyak.
“Masyarakat yang melaksanakan budi daya ikan di keramba, sebaiknya sudah menggunakan Bios 44, hal tersebut bertujuan untuk membantu proses penguraian limbah dari ikan. Hasilnya berbentuk plankton dan plankton ini dapat menjadi pakan ikan. Dengan demikian, tentunya menjadi efisiensi secara ekonomis dalam penggunaan pakan,” terang orang no 1 di Kodam III/Siliwangi.
Sementara itu di tempat yang sama, Bupati Kuningan H. Acep Purnama mengatakan bahwa Waduk Darma mempunyai fungsi, selain untuk irigasi dan pemasok air ke pabrik-pabrik gula yang ada di Kabupaten Cirebon, juga menjadi obyek wisata. Dan juga dimanfaatkan untuk mengembangkan usaha jaring terapung.
Namun terkendala adanya sedimentasi yang mengakibatkan bau dan terkadang karena sedimentasi yang besar terjadi arus bawah yang berbalik sehingga menimbulkan kematian ikan secara massal. Dirinya bersama Dinas Peternakan dan perikanan sudah berupaya memberikan penyuluhan dan edukasi namun sampai sekarang belum ada solusi yang solutif.
“Kami berharap Bapak Panglima memberikan petunjuk atau arahan, selain itu juga mohon adanya bantuan dalam penertiban jaring terapung, untuk tidak bertambah atau kalau bisa dikurangi setengahnya dan akan kami zonasi agar fungsi pariwisata dan fungsi ekonomi lainnya termasuk ketersediaan ikan tetap terpenuhi,” pintanya.
(Pendam III/Siliwangi).
Rie.