Bekasi, MPI
Sholat Idul Adha Mushollah Al-Basyariah Kelurahan Harapan Mulya Kecamatan Medan Satria Kota Bekasi
Mengadakan Sholat Idul Adha 1443 H Bersama Khotib H. Paryadi, SE Bilal Ustad. Machfud . Bekasi 10/07/2022
Ketua Panitia Pelaksana Idul Adha Rachmat Kurnia Menyampaikan uacapan terimaksih kepada para jamah dan Donatur yang telah memberikan hewan Qurban di Musholla ini, setelah Sholat Idul Adha langsung pelaksanaan pemotongan hewan Qurban. Semoga para donatur Musholla ini di balas berlipat ganda oleh Allah SWT. Aamiin…”. Ucap Rachmat Kurnia “
.
Khotib H. Paryadi, SE dalam Khotbah nya berjudul
“Idul Adha dalam Kondisi Setelah Pandemi Covid-19.”
Idul Adha tahun 2022/1443 H
Saudara kaum muslimin dan muslimat Musholla Al- Basyariah yang dimuliakan Allah.
Mari kita panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah begitu banyak memberikan kenikmatan, sehingga kita tidak mampu menghitungnya, karena itu sudah kewajiban kita untuk memanfaatkan segala kenikmatan untuk mengabdi kepada-Nya sebagai manifestasi dari rasa syukur itu, salah satunya melaksanakan ibadah haji dan pemotongan hewan kurban di Hari Raya Idul Adha dan hari-hari tasyrik.
Sholawat dan salam kita sanjungkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya dan para penerus risalahnya yang terus berjuang untuk tegaknya nilai-nilai Islam di muka bumi ini hingga hari kiamat nanti.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil Hamd,
Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah.
Sebagaimana dimaklumi ibadah haji, shalat Idul Adha dan kurban tidak bisa dilepaskan dari sejarah kehidupan Nabi Ibrahim AS, karenanya sebagai teladan para Nabi, termasuk Nabi Muhammad SAW, Nabi Ibrahim AS harus kita pahami untuk selanjutnya kita teladani dalam kehidupan sekarang dan masa yang akan datang. Oleh sebab itu khutbah yang singkat ini berjudul “Idul Adha dalam Kondisi Setelah Pandemi Covid-19.”
Sesungguhnya ada tiga peristiwa penting yang tidak bisa lepas dari prosesi pelaksanaan Hari Raya Idul Adha. Ketiga peristiwa tradisional tersebut adalah ibadah haji, shalat ‘Id dan penyembelihan hewan kurban, yang menjadi sejarah hari raya Idul Adha (hari Raya Kurban) itu sendiri. Tahun ini kita menyambut Idul Adha dengan suka cita, banyak sekali peristiwa kelabu hadir sebelum datangnya hari besar ini. Bahkan bisa dibilang tragedinya sangat memilukan.
Banyak orang merasakan suasana kelabu ini, bahkan kita semua yang ada di Indonesia.
Kondisi wabah Covid-19 yang Alhamdulillah saat ini sudah mereda, jangan sampai membuat umat Islam kehilangan kendali akal sehatnya. Semua yang terjadi di dunia tentu atas rencana dan ketentuan Sang Maha Kuasa. Karenanya umat Islam harus bijak dan senantiasa mengedepankan prasangka baik (husnudzan). Tentunya takdir Allah SWT, ini tidak boleh serta-merta menurunkan semangat spiritual kita sebagai umat Islam. Kita harus meyakini bahwa selalu ada hikmah besar yang terkandung dari setiap ketetapan yang diberikan oleh-Nya. Apa boleh buat pelaksanaan ibadah haji, shalat Idul Adha dan kurban dilaksanakan di tengah pandemi Covid-19 yang Alhamdulillah saat ini sudah ada tanda-tanda akan segera mereda atau hilang.
Ibadah pertama dan utama dalam Idul Adha adalah pelaksanaan ibadah haji. Akibat Covid-19 yang mewabah di berbagai penjuru dunia. Calon jamaah haji Indonesia tahun 2022 Alhadulillah tahun ini sudah mulai diberangkatkan ke tanah suci Makkah walaupun belum 100%. Hal ini dilakukan Pemerintah untuk menjaga keselamatan jiwa jamaah dari tertular/terpapar virus Corona. Sehingga wajar kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah saat ini sejalan dengan fikih Islam.
Demikian juga halnya Pemerintah Arab Saudi pun sudah mengizinkan jamaah dari luar negeri untuk menjalankan rukun Islam kelima ini. untuk melaksanakan ibadah haji, dengan pembatasan jumlah dan peraturan yang masih ketat. Bagi calon jamaah haji yang tidak berangkat tahun 2022, keputusan ini tentu sangat berat untuk diterima. Setelah sekian lama menunggu antrian kuota haji dengan berbagai macam usaha untuk melunasi ongkos naik haji, namun giliran saatnya berangkat harus mengalami penundaan. Tentu ada hikmah besar yang bisa diambil dari keputusan ini, yaitu kesabaran dan kepasrahan. Pertama ujian kesabaran mari coba kita renungkan firman Allah dalam QS. Al-Anfal ayat 46:
Wa asbiruu innallaha magassabiriin
“Bersabarlah kalian, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar”.
Setiap orang yang sabar memiliki keuntungan tersendiri. Keuntungan dari orang yang bersabar adalah memiliki harapan dan tidak putus asa karena gagal dalam urusannya. Iman seseorang pun sangat kuat kaitannya dengan kesabaran. Kesabaran adalah sikap yang paling dibutuhkan dalam menjalankan ibadah haji, di dalamnya kesabaran juga bisa menjadi ukuran mabrur atau tidaknya haji yang dilaksanakan. Jadi ibadah haji merupakan ukuran ujian sabar atau tidaknya seseorang. Seluruh rangkaian ibadah haji itu membutuhkan kesabaran mulai dari menabung, saat pendaftaran, masa tunggu keberangkatan berpuluh tahun menunggu, saat berangkat, sampai dengan pelaksanaan dan kembali ke kampung halaman. Tanpa kesabaran, jamaah haji tidak akan mungkin mampu melewati rangkaian ibadah yang memerlukan kekuatan mental dan fisik seperti tawaf, sa’i, wukuf, dan melempar jumrah. Ini memberikan hikmah kepada semua calon jamaah haji yang ditunda keberangkatannya, untuk semakin melatih kesabaran sebelum waktunya berangkat nanti. Kesabaran dalam menerima penundaan ini nantinya akan menjadi wasilah kemabruran haji.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil Hamd,
Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah.
Hikmah kedua tentang kepasrahan atau disebut dengan tawakal. Allah SWT, selalu menyandingkan lafaz tawakal dengan orang-orang yang beriman. Ini menjadi indikator jika tawakal adalah hal yang sangat diagungkan dan hanya untuk orang mukmin yang merupakan bagian dari hati yang akan membawa seseorang pada jalan kebahagiaan lahir dan batin, dunia dan akhirat. Terkait dengan hal ini Allah SWT, pun telah memberikan panduan, jika kita memiliki tekad bulat dalam melaksanakan sesuatu, maka kita harus pasrah diri kepada-Nya. Dalam QS. Ali Imran ayat 159 Allah Berfirman :
Faidzaa ‘azamta fatawakal ‘alallahi innallaha yuhibbul mutawakkiliin
“Apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.”
Ditundanya pelaksanaan ibadah haji tahun ini, para calon jamaah haji harus yakin dan pasrah pada Allah karena ini juga merupakan ketetapan Allah. Haji sendiri adalah ibadah yang harus diawali dengan kepasrahan karena harus pergi jauh meninggalkan orang-orang yang dicintai dan harus berjuang menyelesaikan rangkaian kewajiban dan rukun haji. Kain ihram warna putih yang dipakai jamaah pun sudah menandai bahwa para jamaah haji pasrah atas takdir Allah seperti mayit yang terbungkus kain kafan. Dengan kepasrahan ini tentunya akan menjadikan para calon jamaah haji lebih tenang dalam beribadah. Sehingga wajar ada yang menyebutnya sebagai puncak kepasrahan dalam sikap keberagamaan pada diri seseorang dalam rangkaian memenuhi perintah ajaran seperti yang diisyaratkan dalam rukun Islam yang ke lima. Inilah, mungkin hikmah mengapa haji ditempatkan pada posisi rukun Islam yang kelima.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil Hamd,
Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah.
Ibadah kedua yang kita laksanakan ditengah pandemi Covid-19 yaitu pelaksanaan shalat ‘Id. Pemerintah melalui Kementerian Agama telah mengeluarkan ketentuan seputar perayaan Idul Adha 2022/1443 H. Aturan tentunya masih mengutamakan protokol kesehatan demi mencegah virus corona. tentang Penyelenggaraan Shalat Idul Adha dan Penyembelihan Hewan Kurban Tahun 2022M/ 1443 H Menuju Masyarakat Produktif dan Aman Covid-19.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil Hamd,
Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah.
Ibadah ketiga yang kita lakukan di tengah setelah pandemi Covid-19 yaitu ibadah Qurban. Pandemi virus Corona memukul berbagai aspek kehidupan. Sektor perekonomian paling terdampak oleh wabah mematikan ini. Di tengah wabah ini, ibadah Qurban akan lebih bermakna dan terasa bagi masyarakat ekonomi lemah. Selama pandemi berbagai sektor tak terkecuali sektor ekonomi ikut terkena imbasnya. Banyak masyarakat yang tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya karena harus kehilangan mata pencarian.
Ibadah Qurban bisa menjadi bukti kepekaan sosial masyarakat yang mampu secara ekonomi terhadap yang miskin. Qurban semakin memberikan kesadaran kepada kita, bahwa harta yang kita miliki bukanlah mutlak milik kita. Harta dan materi di dunia hanya titipan dari Allah SWT, yang di dalamnya terdapat hak orang lain. Kenikmatan yang kita rasakan tidak akan berkurang sedikitpun ketika harus berbagi dengan orang lain melalui pembelian hewan Qurban. Kita harus menyadari bahwa sesungguhnya hakikat memberi adalah menerima.
Manusia tidak perlu khawatir karena nikmat Allah Swt, sangatlah banyak. Saking banyaknya kita tidak akan bisa menghitungnya, melalui firman Allah dalam QS. An-Nahl ayat 18 mengingatkan kita:
Wa in tagutdzuu nikmatallahi latuhshuhaa innallaha laqofuururahiim.
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Pengorbanan harta melalui hewan Qurban, akan semakin mendekatkan kita dengan Allah SWT. Hal ini selaras dengan makna qurban itu sendiri yakni berasal dari bahasa Arab qariba-yaqrabu-qurban wa qurbanan wa qirbanan, yang artinya dekat. Sehingga Qurban adalah mendekatkan diri kepada Allah, dengan mengerjakan sebagian perintah-Nya. Dari hal ini kita bisa menarik dua hikmah dari ibadah qurban di masa setelah pandemi Covid-19. Pertama adalah hikmah vertikal, yakni semakin dekatnya kita kepada Allah SWT, dan hikmah horizontal yakni kedekatan dengan sesama manusia dengan saling berbagi rezeki di tengah situasi sulit akibat pandemi Covid-19 ini.
Qurban tidak hanya soal ibadah, berqurban mengandung manfaat ekonomi yang besar, terutama dalam masa setelah pandemi seperti saat ini. Oleh sebab itu para dermawan untuk meluaskan pandangan terhadap ibadah qurban. Qurban, bukan hanya perihal ritual yang dikerjakan selama satu hari dalam setahun. Tapi qurban memikirkan bagaimana hewan itu dibeli, bagaimana dia dikumpulkan, bagaimana nasib petani-petani dan peternak. Ini akan menarik semua, dari mulai menyediakan lahannya, kemudian menyewakan. Ini salah satu cara kita menggerakkan ekonomi umat, dan ini yang diinginkan oleh agama.
Al-Qur’an menunjukkan adanya anjuran supaya berqurban untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, yaitu dengan menyembelih binatang ternak. Dalam QS. Al-Kautsar ayat 1-3 dinyatakan:
Inna aktaina kalkausyar,fasalli lirabbika wanhar, innasyaa niaka huwall abtar
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah, sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.”
Ayat dalam surat tersebut menunjukkan agar senantiasa beribadah hanya kepada Allah SWT. Berqurban sebagai tanda bersyukur atas nikmat yang telah dilimpahkan-Nya. Sementara hadis Nabi SAW. yang menjadi dasar hukum qurban di antaranya:
“Dari Abi Hurairah: Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa yang mempunyai kemampuan tetapi tidak berqurban, maka janganlah ia menghampiri tempat salat kami.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
Dalam surat Al-Kautsar di atas, Allah akan memberikan nikmat yang luar biasa kepada hamba-Nya yang mau beribadah dengan ikhlas, dengan catatan mendirikan shalat, mau berqurban, dan tidak menyekutukan-Nya.
Akhirnya dalam situasi seperti ini, kita diminta untuk memperbanyak sedekah, doa, istighfar, shalawat, zikir, dan bacaan al-Qur’an. Kita semua berdoa semoga musibah ini segera berlalu dan situasi kembali normal dan lebih baik lagi. Kita mengambil hikmah dari musibah ini bahwa kita semakin dekat kepada Allah SWT.
Demikian khutbah yang saya sampaikan semoga bermanfaat untuk kita semua, mohon maaf atas segala kekhilafan dan kekurangan serta terima kasih atas perhatiannya.
Ya Allah saat-saat yang syahdu ini, kami segenap hamba-hamba-Mu, berkumpul, bersimpuh di tempat yang suci yang penuh rakhmat, menyebut namaMu yang agung, berzikir, bermunajat kepadaMu dengan takbir, tahmid, dan tahlil.
Ya Allah, bersihkan hati dan jiwa ini dari hasad dan dengki, persatukan jiwa-jiwa ini dalam cinta karenaMu dan dalam ketaatan kepadaMu, jangan Engkau biarkan setan musuhMu menggerogoti persaudaraan kami.
Ya Rabbi, ampuni kami atas kekhilafan dan dosa kami kepada anak-anak kami, suami, istri kami, belum mampu mendidik dan membahagiakan mereka.
Ya Rabb, karuniakan kami jasad yang terpelihara dari maksiat, terpelihara dari harta haram, makanan haram, perbuatan haram. Izinkan jasad ini pulang kelak, jasad yang bersih
Ya Rabb, bukakan pintu hati kami agar selalu sadar bahwa hidup ini hanya mampir sejenak, hanya Engkau tahu kapan ajal menjemput kami, jadikan sisa umur menjadi jalan kebaikan bagi ibu bapak kami, jadikan kami menjadi anak yang saleh yang dapat memuliakan ibu bapak kami.
Reporter MPI, Yadi