Peningkatan Aspirasi Pendidikan Siswa di Kecamatan Tenjolaya

Dr. Tjut Rifameutia, MA, Psikolog,

Dosen dan Peneliti dari Fakultas Psikologi UI

Salah satu usaha yang perlu dilakukan dalam mencapai Sustainable Development Goals 2030 adalah dalam kualitas pendidikan. Masih cukup banyak di negara kita tercinta ini, siswa-siswa yang putus studi bahkan kurang berminat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, salah satunya di Kecamatan Tenjolaya, Jawa Barat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Devi, Rosyadin dan Santoso (2018) di salah satu desa di Kecamatan Tenjolaya, minat terhadap pendidikan masyarakat Tenjolaya masih rendah. Sebagian besar dari pemudanya bersekolah sampai SMP kemudian putus sekolah dan bekerja. Selain rendahnya minat terhadap pendidikan, keberadaan teknologi juga menjadi salah satu penghambat. Penggunaan waktu luang yang tidak bermakna, aspirasi masyarakat yang rendah terhadap pendidikan berkonsekuensi pada sumberdaya yang berkapasitas semakin rendah. Taraf pendidikan yang rendah berkorelasi dengan keadaan sosial ekonomi yang juga rendah. Oleh karena itu, untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat suatu daerah, pendidikan merupakan salah satu solusi. Agar siswa memiliki hasrat untuk melanjutkan pendidikan, maka siswa perlu memiliki aspirasi pendidikan. Aspirasi pendidikan dapat terbentuk melalui upaya eksplorasi karir. Menurut Guan dkk. (2015), eksplorasi karir adalah aktivitas yang memperkenankan individu untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi yang relevan dengan perkembangan karir nya. Eksplorasi karir meliputi eksplorasi diri dan lingkungan. Individu dapat mengidentifikasikan keterkaitan nilai dan pengalaman yang dimiliki, sehingga mampu mendapatkan gambaran akan karirnya di masa depan. Sementara itu, eksplorasi lingkungan memungkinkan individu untuk mengambil keputusan dalam karir melalui informasi yang didapatkan mengenai hal-hal yang relevan dengan aspirasinya (Guan dkk., 2015).

Tim Pengabdi dari Fakultas Psikologi UI yang terdiri dari Tjut Rifameutia, Wuri Prasetyawati, Tejarukmi Mutiara, Diany Syahranti, Amaria Cahyani Kesuma tergerak untuk melakukan kegiatan pengabdian untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat Tenjolaya melalui suatu intervensi. Mereka yang mengikuti pendidikan formal di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dipilih oleh tim pengabdi untuk diberikan intervensi berupa lokalatih untuk meningkatkan aspirasi pendidikan, karena pada jenjang ini dinilai sudah terbentuk dasar-dasar pendidikan pada siswa. Siswa sudah mengikuti pendidikan dan usia mereka berada pada tahapan remaja awal yang sudah memiliki dorongan untuk tampil dalam prestasi (meskipun tidak harus prestasi akademik), sehingga energi ini diharapkan dapat menjadi salah satu daya dorong untuk mereka cukup kooperatif dalam mengikuti lokalatih. Selain itu, 25 siswa dari 10 Sekolah Menengah Pertama yang terpilih juga diharapkan dapat menjadi agen perubahan di sekolah masing-masing dan menginisiasi perubahan dalam kelompok teman sebayanya. Mereka yang mengikuti kegiatan lokalatih ini akan menjadi agen perubahan di sekolah, karena juga merupakan unsur strategis dalam mengubah perilaku siswa yang merupakan peer group mereka.

Pada masa menuju remaja ini, individu lebih banyak menghabiskan waktu dengan peer group dimana interaksinya lebih tinggi dan erat dibandingkan dengan masa perkembangan sebelumnya. Peran peer group menjadi sangat penting karena peer group dapat berperan sebagai reference group yang menyediakan informasi dan perspektif mengenai kenyataan sosial di sekitarnya (Benish-Weisman, Oreg, & Berson, 2021) serta mengenai norma yang berlaku di dalam kelompok (Rivas-Drake et al., 2018). Pada masa transisi menuju masa remaja, peran teman sebaya sangat penting dalam membentuk identitas diri individu (Papalia & Martorell, 2015). Melalui interaksinya dengan teman sebaya, individu mengembangkan nilai-nilai yang mencakup cara berbicara, berpikir, dan bertingkah laku, salah satunya mengenai tujuan serta keinginannya untuk tetap menempuh pendidikan, atau yang disebut sebagai aspirasi pendidikan (Dickerson, Maragkou, & McIntosh, 2018).

Dalam lokalatih yang interaktif ini para siswa dilatih untuk berefleksi, ‘menjangkau’ masa depan, membangkitkan motivasi  dan  berlatih  keterampilan menyusun strategi untuk mencapai cita-cita mereka.  Diharapkan akan terjadi perubahan mindset pada para siswa untuk menata masa depan melalui pendidikan lebih lanjut. Intinya adalah memotivasi siswa untuk berkeinginan melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Kegiatan ini diselenggarakan 2 hari di kampus Universitas Indonesia. Dengan berlokasi di kampus,  siswa akan memiliki pengalaman berada di suatu situasi pembelajaran di perguruan tinggi, merasakan kenyamanan dan situasi  yang kondusif.  Kegiatan dari para mahasiswa beberapa program studi yang masing-masing menjelaskan mengenai program studi dan para alumninya yang telah berhasil diharapkan juga akan merangsang semangat siswa untuk memiliki cita-cita dan mulai memikirkan cara untuk menuju cita-cita masing-masing.  Pada hari ke dua, para mahasiswa dalam kelompok masing-masing didampingi 1 mahasiswa berkeliling kampus, merasakan transportasi bis kampus dan mengunjungi fakultas lainnya. Mereka berkeliling dalam 5 kelompok yang tujuannya berbeda.

Siswa menyampaikan hasil Diskusi Kelompok

Di akhir sesi, para peserta lokalatih menyatakan semangatnya untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, mereka sudah punya cita-cita setelah menyelesaikan Sekolah Menengah Atas. Mereka menyatakan bahwa kegiatan lokalatih tepat, sesuai dengan kebutuhan dan sangat menarik.

Ade Pijarsyah, S.Pd., MM., Kepala Seksi Pendidikan dan Kesehatan Kecamatan Tenjolaya yang turut mendampingi para siswa ke Kampus UI menyambut gembira kegiatan ini dan melihat bahwa para siswa menikmati dan bersemangat mengikuti kegiatan yang menurut mereka menyenangkan.  Ade yakin bahwa kegiatan seperti ini akan meningkatkan motivasi para siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan berharap agar kegiatan seperti ini dapat diselenggarakan secara rutin oleh UI.  

Referensi:

  • Devi, A., Rosyadin, I., &      Santoso, A. (2018). Pemberdayaan masyarakat Tapos 1 melalui pendidikan non formal. Abdi Dosen: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 2(2).  DOI: https://doi.org/10.32832/abdidos.v2i2.168
  • Benish-Weisman, M., Oreg, S., & Berson, Y. (2021). The contribution of peer values to children’s values and behavior. Personality and Social Psychology Bulletin, 014616722110201. https://doi.org/10.1177/01461672211020193
  • Dickerson, A., Maragkou, K., & McIntosh, S. (2018). The causal effect of secondary school peers on educational aspirations. Centre for Vocational Education Research, 17.
  • Guan, Y., Wang, F., Liu, H., Ji, Y., Jia, X., Fang, Z., Li, Y., Hua, H., & Li, C. (2015). Career-specific parental behaviors, career exploration and career adaptability: A three-wave investigation among Chinese undergraduates. Journal of Vocational Behavior, 86, 95-103.
  • Papalia, D. E. & Martorell, G. (2015). Experience human development (13th ed.). McGraw Hill.
  • Rivas‐Drake, D., Saleem, M., Schaefer, D. R., Medina, M., & Jagers, R. (2018). Intergroup contact attitudes across peer networks in school: Selection, influence, and implications for cross‐group friendships. Child Development, 90(6), 1898–1916. https://doi.org/10.1111/cdev.13061

(red Irwan)



Posting Terkait

Jangan Lewatkan