Kota Bekasi, MPN
Biasanya kegiatan senam dilakukan kalangan masyarakat di areal taman atau lapangan. Namun berbeda dengan sejumlah kader PKK Kelurahan Ciketingudik, Kecamatan Bantargebang, Kita Bekasi, yang belum lama ini melakukan senam di areal Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang.
Tanpa merasa canggung, para kader PKK yang notabene merupakan kaum ibu rumah tangga ini terlihat semangat melakukan gerakan-gerakan Senam Sampah di dekat lokasi pembuangan sampah milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta tersebut. Sesekali mereka juga berkomunikasi dengan para pemulung yang biasa beraktifitas di lokasi TPST Bantargebang.
Selain di areal TPST Bantargebang, para kader PKK ini juga melakukan senam di beberapa lokasi lainnya, yakni Kantor Kelurahan Ciketingudik, Tugu Batas Wilayah, Taman Bacaan di RW 05 Ciketingudik, dan areal folder air yang berdekatan dengan lokasi Stadion Mini Ciketingudik. Kegiatan Senam Sampah ini merupakan cuplikan dari video kreatif yang dibuat pengurus TP PKK Kelurahan Ciketingudik dalam rangka memeriahkan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) Tingkat Kota Bekasi tahun 2023.
Video kreasi ini kini tayang di youtube, melalui akun LPM Ciketingudik. Video berdurasi 3:56 menit ini berjudul Senam Kreasi HPSN 2023 PKK Kel Ciketingudik.
Ketua Komunitas Senam LPM Kelurahan Ciketingudik Riska Salim yang menjadi salah seorang peserta Senam Sampah menjelaskan pembuatan video kreatif ini untuk mengikuti lomba video kreatif Senam Sampah yang diadakan Pemkot Bekasi. “Kami juga ingin berpartisipasi memeriahkan HPSN tahun 2023 sekaligus mengkampanyekan gerakan hidup bersih kepada masyarakat,” ujarnya.
Untuk latihan gerakan Senam Sampah, Riska menyatakan butuh waktu sekitar 5 hari dengan mengundang seorang koreografi yang juga sebagai instruktur senam. Pihaknya lalu sepakat memilih empat lokasi untuk membuat video kreasi Senam Sampah, dengan dipandu oleh Ketua LPM Ciketingudik Salim Samsudin.
“Sesuai jadwal, kami pun mulai membuat video kreasi selama seharian, mulai pagi hingga sore hari. Selain melakukan senam, kami juga diarahkan melakukan beberapa adegan yang intinya mengajak seluruh lapisan masyarakat agar lebih peduli terhadap kebersihan lingkungannya masing-masing sehingga terbebas dari sampah,” ulas Riska.
Terkait lokasi pembuatan video kreatif, Riska menjelaskan pihaknya ingin memperkenalkan wilayah Ciketingudik kepada masyarakat yang belum pernah melihat langsung kondisi Ciketingudik. “Saat melalukan senam di TPST Bantargebang, kami ingin menyampaikan pesan kepada masyarakat bahwa beginilah kondisi pembuangan akhir sampah yanh tiap hari semakin menggunung, makanya dengan melakukan Senam Sampah ini kami mengajak semua lapisan masyarakat agar ikut mendukung pengurangan volume sampah, salah satunya dengan melakukan pemilahan sampah organik atau non organik di rumah masing-masing,” katanya.
Selain itu, Riska menambahkan, video kreasi yang dibuat ini akan memberikan gambaran bahwa meski berdekatan dengan lokasi TPST Bantargebang namun pembangunan di Ciketingudik terus berjalan pesat sehingga bermanfaat untuk masyarakat. “Kami ingin sampaikan kabar bahwa meski berdekatan dengan pembuangan sampah tapi Ciketingudik bukanlah wilayah tertinggal, sudah banyak pembangunan yang terwujud, dan semua pembangunan ini memiliki manfaat yang luar biasa untuk masyarakat, seperti folder air untuk penanganan banjir, taman bacaan untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak bangsa, tugu batas wilayah yang keren, dan Kantor Kelurahan Ciketingudik yang megah sebagai pusat pelayanan publik yang memberikan layanan prima untuk masyarakat,” imbuhnya.
Sementara itu, Yani Trianto selaku koreografer Senam Sampah menjelaskan tidak ada kendala yang dihadapinya saat memberikan instruksi gerakan senam kepada peserta. “Ya para pesertanya kebetulan merupakan kader PKK yang juga merupakan komunitas senam, jadi mereka sudah terbiasa dan cepat paham dengan gerakan-gerakan senam,” ujar perempuan yang akrab disapa Mpok Yani ini.
Yani sepakat gerakan Senam Sampah ini berisi pesan agar masyarakat senantiasa menjaga kebersihan sehingga lingkungan terlihat indah dan asri. “Sengaja saya membuat koreografi yang gampang dicerna oleh masyarakat, bukan hanya masyarakat yang memiliki fisik normal saja, bahkan masyarakat yang memiliki gangguan pendengaran atau tuna rungu juga masih bisa mencerna pesan yang kami sampaikan melalui gerakan Senam Sampah ini,” paparnya. (Mul)