Kota Bekasi, MPN
Organisasi Karang Taruna bukanlah sesuatu yang asing bagi Wahyu Sitompul. Organisasi kepemudaan ini sudah lama digelutinya, hingga kini dirinya menjabat sebagai Ketua Divisi Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Pengurus Nasional Karang Taruna.
Figur Wahyu Sitompul juga begitu gamiliar dan dikenal oleh warga Karang Taruna yang ada di Kota Bekasi. Wajar saja jika kehadirannya dalam kegiatan yang dilakukan Karang Taruna langsung mendapat perhatian.
Begitu juga saat menghadiri pelantikan pengurus Karang Taruna Kecamatan Bekasi Timur pada Minggu (12/2). Hampir seluruh perhatian warga Karang Taruna yang hadir tertuju kepadanya. Termasuk saat Wahyu Sitompul menyampaikan kata sambutan yang berisi pesan-pesan motivasi kepada seluruh jajaran Karang Taruna.
Satu pesan disampaikan Wahyu Sitompul agar seluruh sumber daya manusia yang ada dalam kepengurusan Karang Taruna ikut aktif dalam rangka membesarkan organisasi. Roda organisasi tidak akan berjalan maksimal jika hanya digerakkan oleh sang ketua.
“Pengurus Karang Taruna jangan seperti tukang bakso keliling. Dia yang membuat baksonya, dia yang menjual baksonya, dan dia juga yang mencuci piring kotornya. Karang Taruna harus seperti restoran besar, ada bagian yang khusus membuat menu masakan, ada bagian yang khusus menyajikan masakan, ada juga bagian yang mencuci piring dan gelas kotor. Karang Taruna tidak akan berjalan jika hanya mengandalkan kekuatan tunggal, semua pengurus yang ada harus ikut aktif, semua ikut bergerak sesuai tugas dan fungsinya masing-masing,” ungkap Wahyu Sitompul yang lebih populer disapa Wahyu Opung ini.
Lebih lanjut, Wahyu Opung menambahkan, organisasi Karang Taruna harus menjadi organisasi yang memiliki karya nyata, bukan sekedar karya kata. “Karang Taruna jangan hanya memiliki banyak program, tapi pada akhirnya tidak terlalsana secara maksimal, hanya sebayas slogan atau jargon. Setiap program harus dibuktikan dengan karya nyata,” imbuh Opung yang juga menjabat Majelis Pertimbangan Karang Taruna (MPKT) Kota Bekasi.
Aksi nyata Karang Taruna, lanjut Opung, harus mampu menyentuh lapisan masyarakat paling bawah sehinga makin banyak masyarakat yang menerima manfaat dari program kerja yang dilaksanakan Karang Taruna. “Karang Taruna harus menjadi ujung tombak yang bisa menembus segala halangan dan rintangan. Sehingga Karang Taruna tetap eksis bergerak sampai akar rumput, sampai lapisan masyarakat paling bawah di tingkat RT dan RW,” paparnya.
Secara pribadi, Wahyu Opung menyampaikan pujiannya terhadap eksistensi Karang Taruna sehingga menjadi sorotan Pengurus Nasional Karang Taruna (PNKT). “Kita melihat seluruh program Karang Taruna Kota Bekasi itu jelas dan terlaksana, dan mampu membuka peluang kerjasama atau sinergitas dengan berbagai stakeholder, misalnya dengan pihak rumah sakit swasta atau kalangan pengisaha, bukan hanya dengan pemerintah. Sehingga semua program sosial yang direncanakan Karang Taruna Kota Bekasi bisa berjalan,” katanya.
Kekompakan yang terjalin di kalangan warga Karang Taruna Kota Bekasi juga menjadi penilaian positif yang harus dicontoh kepengurusan Karang Taruna di daerah lain. “Setiap acara pelantikan pengurus Karang Taruna di Kota Bekasi, tidak kurang dari seribu orang pasti hadir, ini menunjukkan eksistensi Karang Taruna yang selalu hadir untuk masyarakat,” ulasnya.
Opung juga memuji rasa kesetiakwanan yang tinggi yang dimiliki warga Karang Taruna Kota Bekasi. “Saat bencana gempa di Cianjur kemarin, Karang Taruna memberikan sumbangan dan bantuan paling banyak untuk korban gempa. Ini yang dinamakan kesetiakwanan sosial yang sesungguhnya, dan Karang Taruna Kota Bekasi sudah membuktikannya,” katanya.
Opung berharap eksistensi Karang Taruna Kota Bekasi dapat dipertahankan dan menjadi tanggung jawab seluruh warga Karang Taruna. “Apa yang sudah diraih ini merupakan hasil kesolidan seluruh warga Karang Taruna. Jika tidak ada kesolidan, tidak mungkin semua program bisa terlaksana secara maksimal,” pungkasnya. (Mul)