Stunting Naik di Flores Timur, Mahasiswa KKNT-PPM 2023/2024 Selenggarakan Sosialisasi di Desa Pamakayo

 

 

SOSIALISASI-Para Ibu yang memiliki bayi di bawah umur dua tahun (baduta) dan bayi di bawah lima tahun (balita) mengikuti Sosialisasi Stunting atas inisiasi Mahasiswa KKNT-PPM UNWIRA 2023/2024

 

 

 

Kupang, Mediapatriot – Mahasiswa/i Kuliah Kerja Nyata Tematik-Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKNT-PPM) Universitas Katolik Widya Mandira Kupang (UNWIRA) Kupang Periode 2023/2024 menggelar Kegiatan Sosialisasi guna menekan percepatan angka Stunting di Desa Pamakayo, Kec. Solor Barat, Kab. Flores Timur, Prov. Nusa Tenggara Timur pada Jumat (28/7/23).

Sosialisasi yang dilaksanakan di Aula Serbaguna Pamakayo, Dusun Suban Rian tersebut dihadiri oleh kedua pemateri yakni; perwakilan Dinas P2KBP3A : Fransiskus Pain Ratu, S.K.M. dan perwakilan Puskesmas Rita Abang Elias Jordi Nuban, S.Gz. hingga Kepala Desa (Kades) Pamakayo Flotim Petrus Kanisius Hirin, S.E., dan Ketua BPD Pamakayo Flotim Thomas Subanledor yang turut hadir di dalamnya.

Diketahui Sosialisasi tersebut dihadiri oleh Ibu-ibu yang umumnya memiliki baduta (bayi di bawah dua tahun), Ibu Bidan dan balita (bayi di bawah lima tahun) serta Ibu-ibu dari PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) Desa Pamakayo Flotim serta para partisipan.

Acara diawali dengan kata sambutan Kades Pamakayo Flotim sebagai perwakilan suara rakyat disana tentang kasus stunting yang masih ada di antara anak-anak baduta maupun balita. Setelah itu, pemateri 1 : Fransiskus Ratu, S.K.M. mulai memaparkan materinya secara mendetail. Ia sempat menegaskan bahwa satu-satunya cara agar angka kasus Stunting menurun secara signifikan adalah konvergensi dari semua pihak, baik dari stakeholder (pemangku kepentingan) hingga ibu-ibu warga Pamakayo Flotim.

“Stunting hanya bisa dicegah jika adanya konvergensi dari semua pihak, baik pihak-pihak dari atas maupun dari bawah yaitu ibu-ibu di Desa-desa sehingga angka kasusnya berkurang,” ungkap Frans Ratu.

Selain itu, dalam pemaparannya juga ia menambahkan bahwa angka Stunting yang hanya naik di Flores Timur tahun ini disebabkan oleh rumah yang tidak layak huni serta sumber air bersih yang tidak memadai di samping ketidakefektifan pola asuh orang tua terhadap asupan gizi anaknya disana. Hal ini sejalan dengan amanat yang disampaikan Presiden RI saat ini, Joko Widodo saat kunjungannya ke Kab. TTS dan TTU pada tahun lalu dalam misi mempercepat penurunan angka stunting di seluruh daerah Indonesia yang terdampak.

“Yang menjadi penyebab langsung Stunting hanya dua saja, yakni asupan gizi yang kurang memadai serta penyakit infeksi atau cacingan. Sedangkan, seiring dengan kunjungan Presiden RI Jokowi di Kab. TTS dan TTU, penyebab tidak langsung stunting adalah rumah tidak layak huni hingga sanitasi yang buruk seperti sumber air yang tidak memadai, dan sebagainya” tambahnya.

Selain itu, Elias Jordi Nuban selaku pemateri kedua mengatakan bahwa dari jumlah Stunting terakhir di Kec. Solor Barat bulan Juli 2023 masih tinggi.

“Dari jumlah Stunting Kecamatan Solor Barat terakhir di bulan Juli 2023 ada 118 dengan jumlah sasarannya 555 dan didapatkan dengan presentasenya masih 21 persen,” ucap Elias.

Kendati demikian, ia mengapresiasi orang tua di Desa Pamakayo terkait kasus Stunting dalam rentang waktu bulan Juni-Juli 2023 mengalami penurunan dari 10 kasus menjadi 6 kasus.

“Saya juga mengapresiasi ibu-ibu Pamakayo di bulan Juni yang kasus Stunting itu 10 kasus turun menjadi 6 kasus” tambahnya.

Setelah sesi pemaparan materi, terdapat sesi diskusi bersama dimana Ketua BPD Desa Pamakayo Flotim Thomas Subanledor menanyakan tentang pengaruh faktor genetika terhadap anak yang terdampak stunting.

Selain itu, Petrus Kanisius Hirin, S.E. mengungkapkan aspirasinya terkait kesadaran warga Pamakayo akan pentingnya Kartu Indonesia Sehat (KIS). Mereka yang tidak memilikinya umumnya adalah warga yang berdomisili di Desa Pamakayo namun belum membuat Kartu Keluarga (KK) hingga Kartu Tanda Penduduk (KTP) padahal Pemerintah Desa (Pemdes) sudah mendorongnya melalui pengumuman secara kontinu.

“Pada sekitar 2 bulan lalu kami sudah memberikan pengumuman kepada seluruh masyarakat hanya masyarakatnya disini masih tidak menghiraukannya sampai ketika mereka membutuhkan Kartu KIS dan tidak ada maka kami dari Pemerintah Desa (Pemdes) yang salah” ujar Petrus Hirin.

Fransiskus Ratu, S.K.M di akhir acara memberikan penegasan sekali lagi bahwa yang Stunting pasti pendek tetapi yang pendek belum tentu Stunting. Hal ini sebagai jawaban atas pertanyaan akan faktor genetika dan Stunting itu sendiri.

“Jadi, sebenarnya yang harus dipahami adalah bahwa yang stunting itu salah satu cirinya adalah pendek karena krisis asupan gizi, tetapi yang pendek belum tentu Stunting karena yang pendek memiliki mindset atau pola pikirnya yang berkembang, sedangkan anak terdampak stunting tidak,” pungkas Frans Ratu.

 

Naro Nenu

Editor : Jefri Seran

 

 

 



Posting Terkait

Jangan Lewatkan