Kota Bekasi, MPN
Sekitar 240 peserta dari kalangan masyarakat Kecamatan Bekasi Barat, Kota Bekasi, antusias mengikuti Sosialisasi Penxegahan dan Penurunan Stunting, Jumat (19/1). Sosialisasi ini merupakan kegiatan kemitraan antara anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi Golkar Dra Hj Wenny Haryanto, SH bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Hadir sebagai narasumber, yakni Koordinator Bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang) BKKBN Perwakilan Provinsi Jawa Barat, Angela Sri Melani Winyarti. Selain itu juga hadir Ketua Kadin Indonesia Kota Bekasi Huda Sulistio bersama kalangan tokoh masyarakat Medansatria.
Saat mengawali pemaparannya, Wenny Haryanto menjelaskan arti dari Stunting. Menurut Legislator Senayan asal Fraksi Golkar ini, stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan tubuh dan otak pada anak akibat kekurangan gizi dalam kurun waktu yang lama.
“Anak yang menderita stunting ini lebih pendek dari anak normal seusianya, tapi itu beda dengan kerdil yang disebabkan oleh kelainan genetik. Selain itu, anak juga mengalami keterlambatan dalam berfikir,” ulas Wenny Haryanto yang berasal dari Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Barat VI meliputi Kota Bekasi dan Kota Depok.
Wenny menambahkan, penyebab umum stunting adalah akibat asupan gizi makanan yang kurang, sejak dalam kandungan, hingga terlihat pada saat anak berusia 2 tahun. “Kita sebagai orang tua bisa melihat atau mencermati beberapa gejala stunting,” katanya.
Wenny lalu memaparkan gejala-gejala seorang anak mengalami stunting, salah satunya adalah pertumbuhan gigi yang terlambat. “Lalu terjadinya penurunan kemampuan belajar, artinya anak menjadi tidak fokus belajarnya,” imbuh dia.
Gejala yang ketiga adalah pertumbuhan tubuhnya melambat. “Lalu gejala yang keempat, wajah anak yang mengalami stunting terlihat lebih muda dari anak-anak seusianya,” ujar Wenny.
Sementara untuk gejala yang kelima, kata Wenny, anak yang mengalami gagal pertumbuhan akan terlambat mendapatkan masa pubertasnya (mimpi basah dan menstruasi). “Kemudian untuk gejala yang keenam, pada usia 8 sampai 10 tahun, anak cenderung menjadi pendiam, tidak banyak melakukan kontak mata dengan orang sekitarnya,” ungkapnya.
Sedangkan untuk gejala yang ketujuh, karena anak kekurangan gizi yang kronis, menyebabkan dirinya mudah terpapar penyakit. “Nah, itulah gejala-gejala yang terjadi terhadap anak yang mengalami stunting,” jelasnya.
“Sebagai orang tua, kita bisa memantau dan memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan anak-anak kita. Sehingga kita bisa mengantisipasi dan mencegah secara dini jika ada gejala-gejala ganguan kesehatan yang dialami anak kita,” lanjut Wenny.
Menurut Wenny, pemerintah terus gencar melakukan berbagai upaya dalam rangka menekan jumlah penderita Stunting di Tanah Air. “Bonus demografi itu akan terancam gagal kita raih apabila Stunting tidak dikendalikan, dan akibatnya Indonesia akan gagal meraih tahun keemasannya di tahun 2045, karena itu upaya ini juga harus didukung oleh seluruh lapisan masyarakat sehingga bonus demografi bisa kita nikmati sebagai suatu keberkahan kejayaan Indonesia Emas,” pungkasnya. (Mul)