Jakarta, 29 April 2024.
Diskusi kebangsaan yang diselenggarakan oleh Pengurus Pusat PMKRI periode 2022-2024, Launcing Logo Dies Natalis PMKRI ke 77 dengan Tema: semangat ke- Indonesian pasca pemilu harapan dan Tantangan Berlokasi di Kedai Tempo Jl. Raya Utan Kayu dihadiri narasumber Romo Magnis Suseno dan Niko. Acara ini dilaksanakan oleh Ketua Umum PMKRI Natalia dan ketua panitia acara dialog kebangsaan Herianto Ebong.
Romo Magnis Suseno mengatakan bahwa Oposisi sering dianggap tidak sesuai. Oposisi justru mendukung kebersamaan. Karena oposisi berarti bahwa ada yang secara mengkritisi tetapi tetap positif melihat jalannya negara dan pemerintahan negara ini. Tanpa oposisi maka tidak ada yang mengkritisi di dalam kepemimpinan negara. Saya mengharapkan bahwa di bawah Prabowo-Gibran, Indonesia tetap setia pada cita-cita reformasi demokrasi dengan hormat pada hak asasi manusia dan terutama memberi fokus kepada kebutuhan keadilan sosial bagi sekian persen bangsa Indonesia yang belum betul-betul sejahtera dan bahkan masih miskin.
Tentu PMKRI akan seperti selalu melanjutkan kegiatan-kegiatannya tetapi PMKRI selalu harus dan akan terbuka pada yang terjadi di tingkat nasional. Jadi dari PMKR juga berupaya mengkritisi dan mendukung kepada pemerintah Prabowo. Kita mengharapkan bahwa pemerintah itu berhasil tetapi untuk itu pasti perlu kritik, kritik dari kemungkinan penyelewengan itu yang saya harapkan dari PMKRI. Kalau permasalahan demokrasi, sekarang ini kan demokrasi ini sangat miring di pandangan para mahasiswa. Maka kemarin-kemarin mahasiswa pada demo, demo ini selalu berlanjut.
“Saya bisa mengucapkan harapan bahwa Indonesia tetap tidak menjadi sebuah konglomerat oligarki dan koruptor. Tetapi betul-betul sebuah demokrasi milik seluruh bangsa Indonesia yang membutuhkan keadilan dan kesejahteraan bagi semua,” harapnya Romo Magnis Suseno.
Yang jelas PMKRI harus menjadi bagian dari suara publik ya. Kritik dan saran itu diperlukan untuk mengawal jalannya pemerintahan yang ke depan ini seperti apa. Tanpa kritik pemerintahan ini akan susah. Karena akan menjadi gagasannya sendiri. Perlu dichallenge gagasan pemerintahan ke depan. PMKRI bisa mengambil alih untuk menchallenge gagasan itu yang ditawarkan oleh pemerintahan. Supaya gagasan itu bisa tepat sasaran. Atau programnya tepat sasaran. Jadi bagian dari suara publik. kakak.
Ketum PMKRI, Natalia menjelaskan bahwa harapannya dari perspektif perempuan bicara soal demokrasi. Ya kami, kalau dikatakan belum terlalu paham soal politik, tidak juga. Kami sudah banyak terlibat di politik. Nah harapan besar kami adalah kami juga dilibatkan dalam proses demokrasi. Dalam proses keputusan, regulasi kami dilibatkan sebagai perempuan. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa perempuan juga terlibat dalam proses kemerdekaan negara kita. Dan saya pikir kalau kita bisa berkolaborasi itu lebih baik.
“Harapan kami, harapan dari PMKRI tentunya dengan pemerintahan baru ini, bisa membawa negara kita menjadi lebih baik lagi. Terkait nanti bagaimana berjalannya pemerintahan selanjutnya, nanti seiring berjalannya waktu, kami sebagai organisasi mahasiswa juga pasti punya bagian untuk dalam artian mengkritisi kira-kira sesuatu yang menurut kami ini tidak relevan dan di luar dari kesejahteraan sosial tadi. Kami di situ akan hadir memberikan solusi mungkin dan juga harus ada ruang-ruang diskusi,” harapnya Natalia.
(Red Irwan)