Penulis : Afifa Dhia Sahda
( Mahasiswi Sastra Minangkabau Universitas Andalas )
Perempuan di Minangkabau dikenal dengan padusi dari kata padu dan juga isi yang artinya berkepribadian yang kuat dengan kepemimpinan yang mulia. Perempuan Minangkabau diberikan kehormatan dan kemuliaan. Perempuan di Minangkabau adalah sebagai Bundo kandung limapapeh rumah nan gadang. Secara garis besar kita mengetahui bahwa sistem keturunan di Minangkabau menganut sistem matrilineal yaitu sistem keturunan yang mengikuti garis keturunan ibu.
Dalam keluarga Minang, terutama bagi keluarga yang masih memegang dan menjalankan adat. Kelahiran anak perempuan merupakan suatu harapan dan keharusan baginya, sebab yang akan melanjutkan keturunan dan mewarisi pusaka yang dimiliki oleh keluarga nantinya adalah perempuan. Memang pada dasarnya dalam adat Minang tidak membedakan antara anak perempuan maupun anak laki-laki, perempuan maupun laki-laki mempunyai peranan yang penting dalam kekerabatan matrilineal. Jika seorang anak perempuan tidak ada maka tak akan ada yang akan mewarisi keturunan sama halnya dengan laki-laki jika tak ada keturunan laki-laki maka tidak akan ada juga yang akan mewarisi gelar pusaka.
Peranan perempuan di Minangkabau tak kalah penting dengan peranan laki-laki di Minangkabau berikut beberapa peranan seorang perempuan di Minangkabau:
Ahli waris yang mempertahankan garis keibuan (matrilineal)
Dengan garis keturunan matrilineal yang ada dalam adat Minangkabau membuat perempuan perempuan di Minangkabau menjadi hal yang sangat penting sebab ketika sebuah keluarga tidak memiliki garis keturunan secara adat tidak lagi mendapatkan generasi penerus sebagai pelanjut keturunan, kepunahan garis keturunan akan dirasakan jika tidak ada keturunan perempuan.
Sumarak Rumah Gadang (penghuni rumah gadang)
Seorang perempuan dalam rumah gadang memiliki peranan penghuni dan juga membantu dalam melakukan pekerjaan dalam rumah gadang seperti memasak, mencuci, membersihkan rumah dan lain sebagainya. Sebab orang Minang dahulunya mempunyai batas pekerjaan untuk anak laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki dalam Minangkabau tidak membiasakan mengerjakan pekerjaan perempuan seperti memasak, mencuc dan lain sebagainya melainkan melakukan pekerjaan yang akan berat di luar rumah gadang seperti ke sawah atau ke ladang, gembala ternak, membersihkan pekerjaan di luar rumah. Bagi seorang ibu pekerjaannya di dalam rumah akan menjadi lebih ringan dengan sosok atau anak perempuan.
Sebagai Bundo Kandung
Seperti yang terdapat dalam pepatah petitih Minangkabau berikut ini :
Limpapeh rumah nan gadang
Tampek maniru manauladan
Ka suri tauladan kain
Ka cupak tauladan batuang
Satitiak namuah dilawikkan
Sa kapa buliah digunuangkan
( Limpapeh rumah nan gadang
Tempat meniru dan menauladani
Untuk suri teladan kain
Untuk cupak teladan bebetung
Setitik boleh di lautkan
Sekapal boleh di gunung kan )
Pepatah mengatakan bahwa bundo kandung menjadi tiang utama, tempat dimana perempuan meniru dan menauladani, tempat bertanya dan belajar, kepribadiannya dijadikan contoh dalam berperilaku, kata-katanya dijadikan dasar untuk bertindak. Seorang bundo kandung harus menjadi sikap dan juga perilakunya sebab jika ia berbuat kesalahan itu akan berakibat pada anak dan cucunya suatu saat. Kehadiran Bundo kandung dalam setiap kelembagaan dan kegiatan di dalam nagari menjadi hal sangat penting. Oleh sebab kitu seorang bundo kandung harus memiliki banyak ilmu terutama tentang adat yang harus di pahami, dihayati, dan menguasai segala permasalahan dalam kaumnya.
Amban puruak pagangan kunci
Perempuan di Minangkabau adalah pemegang kunci segala sesuatu yang berkaitan dengan harta kekayaan dan simpanan kaum, ia harus mampu mengelola dengan baik segala macam jenis harta kekayaan yang dimiliki kaum Seperti yang dijelaskan dalam pepatah petitih adat berikut ini :
Hari nan Sahari di parampek
Malam nan samalam di patigo
Agak agiah Jo ilmu
Malatakan sesuatu di tampek nyo
Manuruik mungkin Jo patuik
Ingek sabalun kanai
Kulinek sabalun habih
Malabihi acak-acak
Mangurangan sio-sio
( Hari nan sehari di perempat
Malam yang semalam dipertiga
Batas pemberian dengan ilmu
Meletakkan sesuatu ditempatnya
Menurut mungkin serta patut
Hati hati sebelum kena
Berhemat sebelum habis
Melebihi acak-acakan
Mengurangi sia-sia )
Perempuan di Minangkabau juga dianggap sebagai pemimpin sebab mereka lah yang bertanggung jawab atas gadang dan ia yang akan mendidik anak-anak dan generasi penerus dalam sistem matrilineal. Di zaman sekarang pun banyak kita temui seorang perempuan menjadi seorang pemimpin baik itu pemimpin dalam lingkup yang kecil maupun besar seperti pasti sudah pernah kita temui, tapi bagi seorang hendak lah menjadi pemimpin yang diiringi dengan sikap sikap yang mulia seperti :
Hati-hati
Iman dan tauhid kepada Allah sebab dalam papatah Minangkabau mengatakan adat basandi Syara’ , Syara’ basandi kitabullah)
Kepribadian dan sikap hormat sesuai dengan alur dan patuh
Sifat kaya hati
Sifat pemalu
Sifat tegas, dan yang tak kalah penting seorang perempuan juga harus memiliki sifat tegas agar para laki-laki tidak semena-mena meskipun kita adalah seorang perempuan.
Bagi kaum perempuan betapa pentingnya memahami peran kita di Minangkabau agar ia mampu memahami peran seorang perempuan di Minangkabau ia sebagai pemegang amanah dalam melindungi dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Perempuan di Minangkabau sebagai sebagai Bundo kandung sumarak dalam rumah gadang (penghuni rumah gadang ). Betapa pentingnya pada zaman sekarang ini kita memperhatikan kedudukan kita sebagai perempuan Minangkabau baik itu dari segi berpakaian, bertutur kata, berprilaku yang baik, jika seorang sikap dan perempuan itu sudah kena makan tidak hanya dirinya yang akan rusak tetapi keturunan berikutnya akan merasakan juga dampak nya.