Ketua Umum ASJB, RA. Jeni Suryanti Menjelaskan Sejarah Alumni SMA Jakarta Bersatu

Jakarta – 29 Juni 2024. Ketua Umum Alumni SMA Jakarta Bersatu (ASJB), RA. Jeni Suryanti menjelaskan bahwa hadir di Makan di Tebet (Jalan Tebet Barat Dalam Raya No.29, Dalam Raya No.29, RT.7/RW.3, Tebet Bar., Kec. Tebet, Jakarta, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12810) ini bersama rekan-rekan pengurus dari delapan wilayah kerja. Jadi, ASJB itu ada kepengurusan di Jakarta di 5 wilayah. Kemudian Tangerang Raya, Bekasi, dan Depok. Sejarah awalnya pada 2019 itu beberapa alumni dari SMA di Jakarta melakukan diskusi. Mereka merasa cemas dengan situasi yang terjadi pada Pilkada Jakarta 2017. Kita semua masih ingat pada saat itu digunakan isu agama untuk memecah belah dan untuk memenangkan paslon tertentu dan membuat paslon yang lainnya itu sepertk menghina agama Islam.

Kemudian dari beberapa sekolah dan beberapa alumni sekolah berkumpul dan makin lama makin banyak. Mungkin di akhir 2018, itu terkumpul sekitar 300an sekolah dan alumni sekolah. Berpikir kita harus melakukan sesuatu. Dan waktu itu yang dilihat pada saat itu menuju ke PILPRES 2019 itu presidennya hanya dua pasangan calonnya. Jadi yang satu itu di belakangnya didukung sama kelompok yang ada di Pilkada Jakarta 2017. Jadi istilahnya mau mengganti ideologi pancasila menjadi kilafah. Sehingga kita lihat paslon yang satu lagi, Pak Jokowi dan Ma’aruf Amin sebagai nasionalis. Pendukungnya adalah di antaranya PDIP, Golkar, PKB, Nasdem dan lain-lain yang nasionalis. Sehingga kemudian kita pikir kita harus melakukan deklarasi dukungan kepada Pak Jokowi. Akhirnya berkumpul caranya, jadi setiap sekolah menunjuk orang untuk menjadi presidium sebagai think tank untuk memikirkan bagaimana kita kedepannya.

Kemudian ada lagi yang namanya koordinator. Setiap sekolah menunjuk koordinator untuk menggalang massa. Sehingga akhirnya yang tadinya hanya mau bikin di basket hall, itu berubah lagi tempatnya, karena makin banyak ternyata sampai lebih dari 10 ribu. Akhirnya kebetulan juga bisa mendapat tempat di Istora. Itu langsung dan gotong royong. Jadi kenapa bisa dapet tempat itu karena jualan kaos-kaos Alumni SMA Jakarta bersatu. Bisa dilihat lambangnya ada garis merah, hitam dan putih. Terus akhirnya deklarasi dilakukan tanggal 10 Februari 2019. Pada saat itu, itu sekitar 14 ribu sampai 15 ribu. Ada yang tidak bisa masuk, juga Pak Jokowi datang pada hari itu. Kemudian disusul dengan kampanye Akbar. Kamis Putih waktu itu Bulan April menjelang pemilu. Kemudian akhirnya pada saat pencoblosan selesai, KPU menyatakan Pak Jokowi menang. Tapi terus pihak lainnya protes, kita ingat waktu itu ada bakar-bakaran. Sehingga tadinya kita pikir tugas kita sudah selesai. Bahwa kita sudah mengantar Pak Jokowi yang sudah dinyatakan menang. Tapi ternyata ada komplain karena masih ada gugatan. Jadi kita tanggal 11 Mei saya ingat para presidium kumpul kita jangan bubar dulu. Kita harus kawal supaya Pak Jokowi dipastikan di lantik nanti 20 Oktober 2019.

Kita perlu berdiskusi secara intensif. Terus akhirnya di bentuk steering komite yang dipilih dari para presidium yang hadir pada saat itu. Dan saya salah satu dari anggota steering komite pada saat itu. Tugas kita adalah menjajarkan wadah yang sesuai. terkait wadahnya, kegiatan perkumpulan dan visi-visinya kedepan seperti apa. Pokoknya menjajarkan seluruhnya pada akhirnya, diputuskan bahwa wadah para alumni yang ingin melanjutkan perjuangan ini harus ada badan hukumnya. Di situ ada anggaran dasar dimana kepungurusan dan ada kepengurusan, ada aturan mengenai bagaimana menjadi anggota perkumpulan, semua di atur di anggaran dasar itu. Akhirnya di tetapkan atau jalankan pemilihan pengurus yang pertama pada saat itu. Jadi 8 Agustus 2019. Kita punya Ketua umum Indra Soeharto, Sekretaris Jenderal Dede Radinal, Bendahara Umumnya waktu itu Trisni Puspitaningtyas. Kemudian mereka membentuk kepengurusan. Lalu dibukalah pedaftaran anggota. Pada saat itu yang namanya Mas Indra dan Nanda Abraham beliau itu ketua panitia waktu acara deklarasi. Tetapi yang disebut deklarator, tentunya semua orang yaitu semua alumni yang hadir sekitar hampir 15 ribu orang itu. Itu semua deklarator, jadi acara itu sukses karena ini para presidium dan koordinator dari seluruh alumni bergerak untuk bisa menghadirkan masanya.

Kemudian entah apa yang terjadi ada perbedaan. Mas Nanda ini dari SMA 3. Ketua umum kita kebetulan SMA 3 juga. Jadi pada saat itu saya tidak paham apa yang terjadi. Terus Mas Nanda membuat sendiri ASJBI. Artinya itu Alumni SMA Jaringan Bersama Indonesia. Mas Nanda Abraham ini tidak pernah mendaftar menjadi anggota perkumpulan ASJB. ASJB sudah kita daftarkan merknya. Jadi Mas Nanda kalau dia mau membuat organisasi apapun namanya, itu terpisah dari kami perkumpulan ASJB. Jadi maksudnya siapapun yang menggunakan huruf ASJB ini tanpa izin kami, itu bisa kami gugat. Terus terang kita tidak ada hubungan dan kalaupun ASJBI nya Mas Nanda itu mengklaim bahwa dia juga Alumni SMA, maka itu harus dipanjangkan. Jadi jangan ASJBI saja. Harus dia sebutkan kepanjangannya supaya orang tidak salah tangkap.

Selanjutnya Mas Bobby juga tidak pernah mendaftar di dalam perkumpulan ASJB. Tetapi beliau salah satu pendiri sebetulnya. Kemudian ternyata setelah masa kepengurusan itu 3 tahun. Jadi kepungursan yang pertama 2019 itu berakhirnya di 2022. Dan karena ini perkumpulan berbadan hukum, jadi keputusan pergantian pengurus itu adanya di rapat umum anggota. Karena ada ketentuannya siapa saja yang boleh hadir ke rapat tentu anggota yang terdaftar. Kalau dia tidak terdaftar maka tidak bisa. Kalau pengurus dia bisa hadir atau wakil dari alumni. Kita dulu ada namanya Dewan Alummi. Jadi mewakili alumni sekolah atau dia sebagai badan pengawas maka dia bisa hadir. Tapi kalau tidak mempunyai jabatan itu dia tidak bisa masuk ke dalam rapat.

Intinya kemudian organisasi ini memutuskan untuk memilih pengurus baru. Kebetulan akhirnya saya masuk menjadi Ketua Umum periode 2022- 2025. Kemudian pihak Mas Bobby ini mengirimkan somasi melalui kuasa hukumnya. Dan saya sudah jawab somasinya bahwa yang kita lakukan berdasarkan semua aturan yang sudah ada. Jadi kita tidak melanggar. Juga buktikan bahwa kalau memang dia benar, mari buktikan. Karena sebelum dia datang, kita sudah ada musyawarah. Bobby ada dan datang juga. Jadi saya sangat menyayangkan, ketika kita sudah bermusyawarah lalu dia melakukan somasi. Apa artinya musyawarah itu. Jadi kemudian setelah jadi, dari 2019 menuju ke 2022, sebetulnya baik-baik saja.

Sebelum pencobaosan saya tegur dia agar jangan pakai nama ASJB lagi karena saya bisa gugat Anda. Saya bilang seperti itu, jadi saya kirim surat terus. Tapi sampai saat ini saya belum pernah menerima respon. Lalu akhirnya sebelum pencoblosan kemarin, kita pencoblosan tanggal 24, tanggal 14 ada pertemuan. Jadi waktu itu tadi disebut nama Mbak Judith. Kebetulan Mbak Judith dan saya ini bersama-sama di sekolah Katolik. Dia di Santa Ursula, saya di Santa Teresia. Ada gerakan Topgan itu dari sekolah-sekolah Katolik. Pokoknya kita bersepakat kita ingin mendukung pasangan yang menurut kita nationalis yang sesuailah dengan harapan kita yaitu Pak Ganjar Mahfud pada saat itu. Cuman memang ASJB itu tidak berpolitik praktis. Sebetulnya saya itu tidak boleh. Bila ASJB itu mendukung Ganjar Mahfud, itu tidak ada. Memang saran saya kepada teman-teman ASJB tidak melakukan itu. Tetapi silahkan teman-teman. Ya itu, makanya kita turunkan sekoci. Jadi tidak pakai nama ASJB. Jadi kalau pada saat itu ada yang pakai ASJB untuk dukung Ganjar, itu bukan kita pasti. Karena kita tidak ke situ. Kita tidak mau teman-teman jadi susah untuk masuk ke sekolah-sekolahnya. Karena kan tidak semua sekolah. Siswanya di tarik-tarik politik. Paham, Supaya tidak terjadi perpecahan. Sehingga dipersilahkan teman-teman yang mau aktif soal dukung-mendukung ini masuk ke organ lain. Jadi ada yang sahabat Ganjar, ada yang Ganjaris, ada yang PPD. Termasuk kita bentuk  Pokoke Ganjar Mahfud. Tapi tidak boleh pakai kalau saya ASJB.

Terus pada saat itu saya dipertemukan sama Mas Bobby. Jadi Pak Judith mempertemukan saya karena Pak Judith juga bingung. Ini semua mengaku ASJB, Alumi SMA Jakarta Bersatu. Karena waktu itu kita bisa menggalang dukungan dari Alumni sekolah negeri. Kalau kami dari sekolah soal swasta dan sekolah Katholik. Jadi dipikirnya karena Bobby Ketua Alumni SMA, mestinya mas Bobby punya gerbong. Nah digabungkan dengan saya terus nanti ada Nanda. Dengan Nanda pada hari pertama saja ada teman-teman berikutnya saya ketemu sama Mas Nanda. Tapi itu clear, akhirnya saya jelaskan bahwa beda gerakan ASJB pada saat 2019 sama yang sekarang. Jadi tidak semua teman-teman yang ikut deklarasi 2019 itu mendaftar menjadi anggota perkumpulan ASJB. Jadi yang ada sekarang sebetulnya deklarator yang pada saat itu juga. Tapi mereka mendaftar menjadi anggota ASJB. Jadi teman-teman ini pengurus mereka terdaftar. Kita punya database yang baru dan ini terus bertambah.

“Kenapa saya tidak gugat karena waktu itu pertimbangannya kita tidak mau ribut. Kita lihat kira-kira seberapa luas pengaruh dia. Apakah itu bisa mengganggu. Tetapi Teman-teman akhirnya tahu. Saya mengirim surat keseluruh teman-teman organ. Memberitahu bahwa kami pengurusnya ASJB. Dan kami tidak mau bertanggungjawab kalau ada pihak-pihak yang menggunakan nama kami untuk kepentingan dia. Kita sudah wanti-wanti, jadi semua kita kasih tahu. Jadi termasuk waktu itu pihak PDIP. Kita juga kasih tahu. Bahwa kalau Alumni SMA Jakarta Bersatu itu kami. Kita tidak bisa menghalangi orang untuk melakukan komunikasi dan berhubungan dengan orang lain. Kita tidak bisa melarang. Cuma kita bilang kita tidak bertanggungjawab kalau ada oknum mengaku ASJB untuk memberikan dukungan di Pemilu 2024,” tutupnya Jeni.

 

Red Irwan



Posting Terkait

Jangan Lewatkan