Jakarta – 30 Agustus 2024. PT Jaya Agra Wattie Tbk. (JAWA) melaksanakan Public Expose di YELLO Hotel Harmoni, Jalan Hayam Wuruk Nomor 6 Jakarta Pusat (30/8). Kegiatan public expose tersebut membahas terkait Sekilas Saham JAWA, Kinerja Operasional Saham JAWA, Kinerja Keuangan, Produksi, dan Target 2024 Saham JAWA, Kendala Perseroan dan Upaya Mengatasinya dan Tanggungjawab Sosial Saham JAWA. PT Jaya Agra Wattie Tbk. (JAWA) merupakan perusahaan agrobisnis yang bergerak di bidang budidaya, pengolahan, logistik pertanian, dan kegiatan pemasaran karet dan kelapa sawit. Kegiatan public expose ini dipimpin oleh Harijadi Soedarjo (Presiden Direktur), Ryan N. (Direktur) dan Harli Wijayadi (Direktur).
Ryan N. selaku Direktur menjelaskan bahwa Ada penurunan penjualan salah satunya karena ada penurunan harga. Kalau untuk produksinya di Sawit kita tumbuh cuman harganya turun. Padahal tahun 2023 komoditas sawit itu 73% dari total penjualan kita sehingga terdampak. Sebenarnya kalau kita harapkan harganya sama seperti tahun lalu maka kita optimis penjualannya naik. Cuman karena sekali lagi untuk harga diluar karena pihaknya bukan kita. Kemudian yang ada rugi usaha itu prioritas itu nomor 2 rugi kotor. Rugi kotor ada kenaikan 158% karena di 2023 itu salah satu yang menjadi beban kita itu harganya turun. Sementara HPP itu ditunggu-tunggu itu kita meningkat fluktuasi yang tajam untuk terutama untuk pupuk. Pupuk ini pupuknya tajam sekali tinggi karena kita tahu dampak global dan namanya perang Rusia itu di mana pupuk kita mayoritas impor.
Sehingga harganya hampir 2 kali hampir itu naiknya. Jadi mungkin sudah harga komoditasnya turun, kemudian harga produksi kita naikin karena pupuk
Mayoritas. Sementara kalau kita di komoditas pupuknya itu 60-70% total biaya kita di pupuk. Kita 2023 itu akibat dampaknya perang, kita pupuk mayoritas kita pupuk impor. Kecuali yang lokal Urea, itu hanya ada di Indonesia. Tapi mayoritas kita impor.
Ini akhirnya HPP kita otomatis naik. Penjualannya turun jadi menyebabkan rugi kotor yang naik.
Tadi yang nomor 3 adalah rugi usahannya naik. Mayoritas disebabkan karena beban bunga. Beban bunga ini mayoritas kami di tahun 2023 kena rugi usahannya disebabkan oleh beban bunga atau kewajiban. Kemudian yang ke 4 produksi meningkat. Ini memang kita di sisi operasional kita berharap tumbuh. Karena secara target tadi kita sampaikan dari semua komoditas sawit kita harapkan naikin 50%. Karena kenapa kita naik karena kita sudah dari 2023 investasi pupuk. Kita harapkan tahun ini hasilnya kita nikmati. Kemudian dikaret sudah lewat masa elnino. Tanaman PGB juga sudah sembuh gugur daun. Pabrik kami sudah jadi, jadi pabrik kami yang 13.000 ton setahun itu sudah jadi sudah boleh running. Inilah yang kita harapkan bisa bertumbuh untuk mengejar ketertingalan kita di tahun tahun lalu.
Teh itu kami hanya ada di Jawa yaitu di Jawa Barat atau Sukabumi. Itu sudah lama seluas 504 hektar.
Jadi bagian komoditas juga cuma karena mayoritas kami di sawit dan karet, juga teh dan kopi. Cuma karena menyumbang persentase sedikit, komoditas utama kami di sawit dan di karet.
Di teh ini 504 hektar ini kita ada upaya penambahan kapasitas pabrik jadi dari 8 ton per hari menjadi 15 ton per hari. Itu kami istilahnya ekstend untuk penambahan kapasitas yang diharapkan karena produktivitasnya tanaman juga bertumbuh karena kita juga revitalisasi intens sekali karena merawat tanaman teh. Sehingga kita juga berani meningkatkan kapasitas produksi dari 8 ton per hari pucuk menjadi 15 ton pucuk per hari. Kalau pabrik karet sudah jadi di Kalimantan Selatan Itu kapasitasnya di 3 ton per jam dikali 7 jam dikali 2 set, jadi 1050 sebulan atau setahun hampir 13.000.
Jadi yang tahun lalu kita tidak beroperasi tapi di tahun ini kita sudah beroperasi. Ini diharapkan mendongkrak produktivitas serta penjualan karet.
“Kalau bibit kita intensifikasi meningkatkan SPH, jadi stand per hektar. Jadi kita tidak nambah luasan, tapi pemadatan. Jadi ada titik kosong kita sulam atau kita sisi. Bibitnya dari sendiri kemudian kita semai sendiri, selesai semai siap di Polybag, kemudian siap tanam, kita tanam. Ini artinya intensifikasi peningkatan stand per hektar tanaman. Tadi mungkin ada yang kosong titiknya kita tanam. Tetapi tidak menambah luasan, luasannya tetap 514 hektar, tetapi jumlah tanamannya yang bertambah. Dan ini kita masif hampir penuh itu jadi 514 kalau kita melihat seperti di Puncak itu sudah tidak ada kosong titiknya. Kita upaya intensifikasinya meningkatkan tanaman per hektar. Kopi kita juga di Jawa Timur, di Jawa Barat, kita full juga. Jadi mudah-mudahan kedepannya juga komoditas ini juga bisa meningkatkan penjualan kami,” tutupnya Ryan.
Red Irwan