Jakarta – 14 Februari 2025. DPP GPPMP dan DPD GPPMP Jakarta lewat kegiatan “Apel & Ziarah Merah Putih” di Taman Makam Pahlawan Nasional (TMPN) ‘Kalibata’, Jakarta Selatan, Jumat (14/2)
Peringatan 79 Tahun Peristiwa Heroik Merah Putih 14 Februari 1946. Acara ini dilaksanakan dan dihadiri oleh Teddy Matheos (Sekjen GPPMPP), Dr Jan Samuel Maringka SH MH, Darius G.H Sahelangi (Sekretaris GEKIRA Prov. Banten) dan tamu undangan lainnya
Bertindak sebagai Inspektur Upacara/Pimpinan Rombongan, Laksda TNI Dr Samuel H Kowaas, MSc, CSBA, Sestama Bakamla RI, dihadiri antara lain Letjen TNI EE Mangindaan, Dr Theo L Sambuaga, Dr Tilly Kasenda, Ketum DPP KKK Angelica Tengker, para keluarga/anak pelaku sejarah (di antaranya Albert Lapian, Charletty Taulu, Lenny Kotambunan), tokoh-tokoh pembina/penasihat GPPMP (antara lain Brigjen TNI Douglas Umboh, Dr Jan Maringka, Dr Frans Memah, Timmy Warouw, Bebby Odang), juga perwakilan organisasi adat dan kerukunan (seperti Brigade Manguni Indonesia, Laskar Manguni Indonesia, Kerukunan Bantik, Kerukunan Paso, Kerukunan Lapian), plus fungsionaris DPD GPPMP Jakarta serta Banten. Beberapa makam tokoh pejuang Merah Putih yang diziarahi, antara lain Pahlawan Nasional Mr AA Maramis, Pahlawan Nasional BW Lapian, Pahlawan Ch Ch Taulu, Kotambunan, juga Ny Jo Masdani, R Kasenda, G Mogot, R Prawiro, P Tendean, Alex Lembong, FH Tumbelaka, dan B Runtunuwu.
Teddy Matheos selaku Sekjen GPPMPP menjelaskan bahwa Pada tahun ini kami dari GPPMPP memperingati peristiwa heroik militer di Manado.
Itu ke 79 tahun, peristiwa ini adalah suatu kudeta militer yang dilakukan oleh pejuang-pejuang Sulawesi Utara,
tapi berendampak bagi mempertahankan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.
Justru itu Presiden Soekarno sangat terkesima, bahkan sampai menitikkan air mata karena beliau sangat terharu dengan perjuangan para pejuang di Sulawesi Utara.
Dan itu berdampak juga di New York dalam diplomasi Indonesia.
Sampai Belanda bisa tunduk dan bisa duduk sampai ke Konferensi Meja Bundar. Belanda bilang hanya ekstremis di Pulau Jawa.
Ternyata di luar Pulau Jawa yaitu di Manado terjadi perebutan kekuasaan militer mereka.
Jadi sirna itu pandangan ekstremis hanya di Jawa.
Ini adalah sebuah gerakan yang memang terjadi dengan mereka merobek merah putih biru itu, birunya di robek dan merah putih berkibar. Kekuasaan pemerintahan juga terjadi selama satu bulan lebih.
Bandingkan dengan serangan umum 1 Maret di Jogja yang cuma 7 jam, ini satu bulan lebih mereka bisa kuasai Sulawesi Utara.
Bahkan peringatan 14 bulan hari ini pada zamannya Bung Karno, sejak tahun 1965 itu di laksanakan di istana negara.
Peringatan juga pertama di luar Pulau Jawa itu tahun 1950, saya juga beritahu dari sejarawan Dr. Benjamin Matidas,
itu Jenderal Sudirman sebelum meninggal meminta pelaksanaan peringatan itu di Rumah beliau itu tahun 1950.
Jadi memang spektakular peringatan ini, apa peristiwa ini, sebab jangan dilihat sekarang.
Konsentrasi militer Belanda di tahun 1940an itu sebelum tahun 1945 itu ada di Sulawesi.
Karena mereka mengkonsentrasikan militer mereka sebab menahan laju invasi Jepang.
Jadi kekuatan militer ada di Sulawesi. Bung Karno di Pulau Jawa pada waktu itu.
Tapi kita bisa lihat saja, tahun 1949 saja Wolter Monginsidi masih di-eksekusi di Makasar.
Tahun itu kita bisa menguasai daerah militer Belanda itu sangat fenomenal.
Dan korbannya cuma terbatas sekali.
Nah, di dalam peringatan ini ada dua anak pahlawan yang hadir bersama-sama cita ini,
Albert Lapian, anaknya BW. Lapian yang menjadi komandan dan yang menjadi aksen Gubernur Sulawesi. Aksen gubernur Sulawesi, anaknya Bung Albert Lapian.
Harapan kita, selalu yang kita gaungkan adalah JSN, jiwa, semangat, dan nilai-nilai.
Jadi jiwa para pahlawan kita harus hormati dan kita harus kumandangkan selalu agar kita ini tahu. Baru semangat mereka kita harus contohin semangat mereka dengan keberadaan kekurangan amunisi, kekurangan apapun. Tapi dalam ini semangat mempertahankan proklamasi keberadaan itu sangat tinggi. Baru nilai-nilai yang dibawa oleh mereka, nilai-nilai empat lima, nilai-nilai keberagaman, nilai-nilai kejuangan,
itu harus kita wariskan terus kepada anak-anak kita. Jadi itu yang apa yang kita harapkan dalam mempertahankan proklamasi dari kekurangan amunisi tetap harus berjuang. Karena ini dibangun dari berbagai banyak etnik.
Red Tommy / Irwan
Komentar