Kota Bekasi, MPN
Satu pesan disampaikan anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi Golkar Dra Hj Wenny Haryanto, SH saat menyambangi masyarakat Kelurahan Arenjaya, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi, Senin (10/4). Pesan ini selaras dengan sasaran dan tujuan dilaksanakannya kegiatan sosialisasi tentang keamanan obat dan makanan yang dilaksanakan bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Selain Wenny Haryanto, nampak hadir sebagai narasumber kegiatan sosialisasi ini, yakni Rizqie Noor Adrianto, STP, M.Si, selaku Pengawas Farmasi dan Makanan Ahli Muda Balai Besar POM di Bandung. Juga hadir Ketua Kadin Indonesia Kota Bekasi Huda Sulistio, bersama salah seorang rokoh masyarakat Kelurahan Arenjaya, yakni Bosan Siansuri. Sementara peserta sosialisasi berjumlah sekitar 450 orang dari kalangan tokoh maayarakat, tokoh agama, dan tokoh pemuda.
Dalam kesempatan itu, Wenny Haryanto berpesan kepada masyarakat agar selalu waspada terhadap makanan yang mengandung zat berbahaya. “Dengan kewaspadaan ini, kita telah berupaya melindungi diri kita dan keluarga kita dari ancaman penyakit berbahaya yang disebabkan adanya zat berbahaya di dalam makanan yang kita konsumsi,” ungkap Wenny Haryanto yang berasal dari Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Barat VI meliputi Kota Depok dan Kota Bekasi.
Selain makanan, Wenny juga menghimbau agar masyarakat semakin cerdas dalam memilih obat, obat tradisional dan kosmetik, yang sesuai dengan rekomendasi dari BPOM. “Jangan sampai kita tergiur dengan harga murah, tapi akhirnya berdampak negatif terhadap kesehatan kita, ini yang harus menjadi perhatian kita bersama,” tegasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Rizqie Noor Adrianto mengungkapkan tentang empat zat berbahaya yang biasanya dijadikan bahan tambahan pangan (BTP). Menurutnya, BTP dicampurkan untuk memengaruhi sifat atau bentuk pangan tertentu. BTP di antaranya, bahan pengawet, penyedap rasa, pewarna, dan pengental.
“Zat berbahaya yang pertama adalah formalin, yang merupakan larutan bening berbau menyengat dan mengandung sedikit metanol. Larutan ini digunakan untuk membunuh kuman dan sebagai bahan pengawet mayat. Efek yang ditimbulkan jika mengonsumsi pangan yang tercemar formalin adalah tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit saat menelan, mual, muntah, diare, sakit kepala, tekanan darah rendah, bahkan tidak sadar hingga koma, serta bila dikonsumsi dalam jangka waktu panjang, formalin juga bisa menyebabkan kanker, serta kerusakan pada hati, jantung, pankreas, ginjal, dan sistem susunan saraf pusat,” ulas Rizqie.
Lebih lanjut Rizqie menyebut zat berbahaya lainnya, yakni boraks merupakan zat yang sering digunakan sebagai pengenyal, pengeras sekaligus pengawet. Padahal, boraks merupakan bahan pembersih berbentuk hablur (kristal) berwarna kuning atau berbentuk serbuk berwarna cokelat.
Efek yang bisa muncul jika mengonsumsi pangan yang tercemar boraks biasanya merasa mual dan nyeri hebat pada perut bagian atas, sakit kepala, demam, muntah darah, dan diare. Sedangkan efek kronis yang dapat terjadi adalah berkurangnya nafsu makan dan menurunkan berat badan hingga anoreksia, mengalami gangguan pencernaan, kerusakan ginjal, dan timbul ruam pada kulit.
Selain itu methanil yellow yang merupakan pewarna yang ditujukan untuk tekstil, cat kayu, dan cat lukis. Namun, methanol yellow ini sering disalahgunakan menjadi pewarna pangan yang berbentuk padat atau serbuk, dan berwarna kuning kecokelatan.
“Bahaya yang bisa timbul jika mengonsumsi pangan tercemar methanil yellow adalah mual dan muntah, diare, tekanan darah rendah, serta gangguan pada jaringan hati, kandung kemih, saluran pencernaan, juga pada jaringan kulit. Selain itu, jika methanil yellow terkena mata, bisa membuat gangguan penglihatan, dan jika terhirup bisa menimbulkan iritasi saluran pernapasan,” jelas Rizqie.
Kemudian zat berbahaya lainnya adalah pewarna sintetis Rhodamin B yang biasanya digunakan sebagai pewarna tekstil dan kertas ini kerap kali disalahgunakan sebagai pewarna pangan. Rhodamin B berbentuk serbuk kristal dan berwarna hijau atau ungu kemerahan. Dalam larutan, rhodamin b akan berwarna merah terang berpendar.
“Pengonsumsian pangan yang terpapar rhodamin b dalam jangka waktu yang panjang bisa menumpuk dan menyebabkan pembesaran hati dan ginjal, gangguan fisiologis tubuh, serta iritasi paru-paru, mata, tenggorokan, hidung, dan usus. Rhodamin b juga termasuk karsinogen, yakni zat penyebab kanker,” kata Rizqie.
Rizqie berharap seluruh pemaparan yang disampaikan dalam sosialisasi ini memberikan wawasan dan pemahaman kepada masyarakat terkait cara memilih bahan makanan yang menyehatkan dan layak konsumsi. “Dengan demikian adanya sosialisasi ini bisa dirasakan manfaatnya bagi seluruh masyarakat,” pungkasnya. (Mul)