MEDIAPATRIOT.CO.ID – Bahwa tahun 2022 memang naik sekian persenan 8,82%. Cuma di bottom line turun dari 480 sekian menjadi 478 sekitar 0,05%. Yang tadi sempat dijelaskan Bu Lusiana posisi kinerja secara offline itu tidak masalah. Produk sehari-hari naik dan pengemasan produk di pabrik juga naik. Cuma yang agak turun itu memang agak melandai. Sebenarnya mereka masih laba cuma kalau kita konsolidasi itu kalau kita lihat margin dari produk itu agak tipis. Kalau untuk capex dari tahun ini naik menjadi 13 M tahun depan 250 M sekian. Memang ada rencana untuk pembangunan infrastruktur untuk pergudangan. Itu kita lagi kejar tayang, posisi pendanaan kita juga tidak hanya sendiri kita juga cari yang lain sesuai dengan yang dibutuhkan.
Sudah berjalan hampir satu tahun mungkin berjalan lancar di akhir tahun ini bisa mulai personal. Memang ada kendala di lapangan yaitu perizinan itu butuh waktu. Target kita masih optimis untuk personal di tahun ini di logistik darat dan udara. Kita targetkan growthnya di tahun 2023 sales itu sekitar double digit sekitar 15% dan masih optimis. Kita berharap growth ini bukan hanya seperti tahun 2022 tapi juga growth lainnya sehingga bottom lain juga naik. Cukup optimis kita belajar dari tahun lalu bagaimana penyebab dari turunnya penjualan dari 2 unit.
Emiten barang konsumsi terkemuka di Indonesia, PT Tigaraksa Satria Tbk (“TGKA” atau “Perseroan”), dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2023 telah menyetujui untuk membagikan dividen tunai kepada para pemegang sahamnya untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2022. Pembayaran dividen sebesar Rp325,(tiga ratus dua puluh lima Rupiah) per saham.
Selain itu, Rapat juga memberikan kewenangan kepada direksi perseroan untuk menentukan waktu dan tata cara pembagian dividen tunai sesuai dengan peraturan yang berlaku di bidang Pasar Modal.
Keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan dengan seksama kinerja keuangan perusahaan untuk tahun yang bersangkutan. Perusahaan telah mencapai target pendapatan dan laba yang diproyeksikan dan berada dalam posisi keuangan yang kuat untuk membagikan dividen kepada para pemegang sahamnya.
“Sepanjang tahun 2022, Perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp478,13 miliar, atau turun tipis 0,62 persen bila dibandingkan dengan laba tahun sebelumnya sebesar Rp481,09 miliar,” kata Syahrizal Sabir, Corporate Secretary TGKA dalam publik Expose setelah RUPST di Jakarta,
“Penurunan laba bersih juga mempengaruhi laba per saham yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk. Laba per saham turun menjadi Rp520,6 per saham, padahal di akhir tahun 2021 berada di Rp523,79.
Meski mengalami penurunan laba, Perseroan mencatatkan peningkatan pendapatan. Pendapatan perseroan tumbuh 8,8 persen mencapai Rp12,977 triliun. Pertumbuhan ini terutama disebabkan kenaikan penjualan susu, makanan ringan, dan kebutuhan rumah tangga sebesar 11,5 persen menjadi Rp12,215 triliun.
Bukan hanya itu, lanjut Syahrizal, penjualan gas, kompor, dan blender juga mengalami peningkatan signifikan sebesar 23,2 persen menjadi Rp377,21 miliar.
Namun, perseroan juga mengalami penurunan tajam penjualan buku pendidikan sebesar 42,4 persen sehingga hanya menghasilkan pendapatan Rp383,88 miliar. Ini bisa jadi karena meningkatnya popularitas e-book atau materi pendidikan digital lainnya.
Menurut Syahrizal, Meski mengalami kenaikan pendapatan, Perseroan mencatat kenaikan beban pokok penjualan yang signifikan, yakni naik 11,1 persen menjadi Rp11,567 triliun. Kenaikan beban ini terutama disebabkan oleh kenaikan pembelian barang yang naik 7,4 persen menjadi Rp11,768 triliun.
Akibatnya, laba kotor perseroan turun 6,9 persen menjadi Rp 1,409 triliun.
Meski sedikit mengalami penurunan laba bersih, PT Tigaraksa Satria Tbk (TGKA) tetap menjadi salah satu perusahaan barang konsumsi terkemuka di Indonesia. Kinerja perusahaan di tahun 2022 patut diacungi jempol, mengingat lingkungan ekonomi yang penuh tantangan akibat pandemi yang sedang berlangsung.
“Fokus perusahaan pada inovasi dan diversifikasi produknya telah memungkinkannya untuk tetap tangguh dan beradaptasi dengan perubahan perilaku konsumen,” pungkasnya.
“Dividen 325 per lembar saham kita punya saham sekitar 918 juta hampir satu milyar itu hitungan 298 milyar hampir 300 milyar. Kalau dihitung-hitung laba bersih tahun ini 478 sekitar 60 sekian persen. Hutang itu untuk kebutuhan khusus jadi kita upayakan untuk pendanaan sendiri, modal sendiri, tapi kalau kita hutangnya membutuhkan modal penambahan dana kompetitif dari sisi costnya kita akan ambil. Tidak ada penurunan pegawai, kami bersyukur tidak terimbas pandemik dan berbagai hal karena usahanya dibidang yang mapan dan majority offline. Mungkin covid kemarin terganggu tapi kami switching offline sekarang online dan offline mulai normal lagi. Kita coba mengikuti poin-poin yang ada di SDGS green energy. Kalau ada sisa-sisa kemasan kita coba daur ulang termasuk produk yang kita jual ke peternak dan pusat supaya tidak ada sisa-sisa produksi sampah yang membebani,” tutupnya
(Red I4wan)