Kota Bekasi, MPN
Pemerintah terus berkomitmen untuk menjaga kualitas obat dan makanan yang beredar di masyarakat. Karena keamanan obat dan ketahanan pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi masyarakat
Hal ini yang melatarbelakangi kegiatan Sosialisasi Keamanan Obat dan Makanan yang digelar anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi Golkar Dra Hj Wenny Haryanto bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang dilaksanakan di wilayah Kelurahan Jatimekar, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi, Rabu (18/10).
Sosialisasi ini menghadirkan narasumber Dra Rera Rachmawati, Apt selaku Ketua Tim Fungsi Pengujian Balai Besar POM di Bandung. Kegiatan ini juga dihadiri Ketua Kadin Indonesia Kota Bekasi Huda Sulistio, Lurah Jatimekar, dan tokoh masyarakat Kecamatan Jatiasih, Karya Ahmad.
Mengawali pemaparannya, Wenny Haryanto mengajak seluruh peserta yang hadir untuk mengikuti pola hidup yang lebih sehat lagi, terutama dalam memilih makanan dan obat yang layak dan aman dikonsumsi. “Begitu juga dalam memilih kosmetik, jangan karena harganya yang murah tapi kosmetik yang kita beli ternyata tidak bermutu bahkan cenderung bisa merusak wajah kita, karena kosmetik yang kita beli ternyata mengandung mercury yang membahayakan,” tegas Wakil Rakyat yang berasal dari Daerah Pemilihan Jawa Barat VI meliputi Kota Depok dan Kota Bekasi ini.
“Jika kita ingin membeli obat dan bahan makanan, kita cek terlebih dahulu kemasannya, apakah masih rapih atau sudah rusak. Lalu kita cek labelnya untuk mengetahui komposisi dan aturan pakainya, cek ijin edarnya apakah sudah ada ijin edar dari BPOM atau belum, dan cek kedaluarsanya sehingga kita mendapatkan obat dan makanan yang layak untuk kesehatan kita,” papar Wenny saat memberikan tips cerdas kepada masyarakat.
Wenny juga menyampaikan pesannya kepada masyarakat yang hadir agar mengurangi penggunaan kantong plastik (kresek) berwarna hitam. “Berbahaya sekali, karena kantong plastik hitam ini hasil daur ulang menggunakan bahan kimia berbahaya,” tegasnya.
Menutup pemaparannya, Wenny berharap masyarakat mencermati semua pemaparan yamg disampaikan pihak BPOM. “Semoga sosialisasi ini memberikan manfaat positif untuk masyarakat,” ujarnya.
Wenny menegaskan Pengawasan Obat dan Makanan merupakan hal strategis yang mempunyai dampak luas terhadap kesehatan masyarakat. Karena itu, ia berharap upaya sosialisasi ini mampu melindungi masyarakat dsri obat-obatan atau bahan makanan yang beresiko terhadap kesehatan.
Dalam kesempatan yang sama, Rera Rachmawati mengatakan keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan tiga cemaran yaitu biologi, kimia dan fisik.
“Cemaran biologi yang sering terjadi karena rendahnya penerapan higienis dan sanitasi dari pelaku usaha atau produsen maupun pembuat makanan dan cemaran kimia. Adanya penyalahgunaan dari bahan berbahaya yang masih sering ditemukan pada makanan,” paparnya.
Sedangkan cemaran kimia adalah penggunaan tambahan bahan pangan yang sebenarnya diizinkan tetapi melebihi batas dari yang diizinkan. Hal ini tentu saja sangat membahayakan manusia.
Ia berharap keamanan pangan dapat mewujudkan pangan yang tidak bertentangan dengan aturan agama, kenyakinan, budaya masyarakat sehingga aman dikonsumsi masyarakat.
“Maka untuk menjamin keamanan dan mutu pangan olahan yang beredar dimasyarakat perlu dibutuhkan tiga pilar pengawasan yang dilaksanakan secara bersama-sama antara pemrintah, pelaku usaha dan masyarakat,” katanya.
Oleh karena itu, perlu adanya kerjasama dari lintas sektor seperti Pemerintah harus besinergi antara pemangku kepentingan. Pelaku usahanya juga diharapkan patuh terhadap regulasi yang ada dan partisipasi aktif masyarakat
Lebih lanjut Rera memberikan pemahaman kepada peserta sosialisasi terkait logo obat yang beredar. “Untuk Obat Bebas ada tanda lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam, sementara untuk Obat Bebas Teebatas ada tanda lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam disertai dengan peringatan, kemudian untuk Obat Keras ada tanda lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam dan huruf K menyentuh tepi lingkaran, sedangkan untuk Obat Narkotika ada tanda palang berwarna merah dengan lingkaran berwarna merah,” paparnya.
Dengan pemahaman yang dimiliki masyarakat, Rera berharap masyarakat semakin cerdas dalam memilih obat atau obat tradisional yang sudah mendapat rekomendasi BPOM. “Tentunya kami juga berharap sosialisasi ini dapat dilanjutkan kembali kepada masyarakat luas sehingga manfaat adanya sosialisasi ini menjadi lebih maksimal,” pungkasnya. (Mul)