Jakarta – MPI, 17 November 2020. Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jendral Polisi Idham Azis akan memasuki masa pensiun pada 2021 mendatang. Jelang masa pensiun Kapolri, sudah mencuat sejumlah nama menjadi pengganti orang nomor 1 di Kepolisian tersebut. Ada delapan nama yang disebut-sebut masuk sebagai calon kuat dalam bursa calon Kapolri.
Kedelapan nama itu terdiri dari lima Jenderal bintang tiga atau Komisaris Jenderal (Komjen), dan tiga Kenderal bintang dua atau Inspektur Jenderal (Irjen). Kedelapan nama ini mulai dari lulusan Akademi Kepolisian tahun 1988 A hingga lulusan tahun 1991.
Namun nama-nama yang beredar saat ini belum dikeluarkan secara resmi oleh Presiden Jokowi sebagai pemilik kewenangan mencalonkan nama Kapolri yang nantinya hanya satu nama yang akan diusulkan ke DPR RI.
Menanggapi hal tersebut, Irjen Pol (purn) Drs. H. Eddy Kusuma Wijaya, S H, M H, mantan Anggota DPR RI Komisi lll periode 2014 – 2019, yang saat ini menjadi Ketua Umum Forum Bhayangkara Indonesia ( FBI ).
Menurutnya, menjadi seorang Kapolri tentunya harus melalui syarat-syarat yang sudah ditentukan, diantaranya berbintang 3. Meskipun Jendral berbintang 3 masih banyak di Kepolisian tentunya tidak semua yang bisa masuk kandidat Kapolri yang akan datang.
“Tapi karena ada persyaratan kepangkatan, usia pensiun, senioritas, profesionalisme, tentunya tidak semua yang bisa masuk menjadi kandidat calon Kapolri yang akan datang,” kata Irjen Pol (purn) Eddy Kusuma Wijaya, di sekretariat DPP FBI, Jl. Bekasi Barat Raya No 21 Jakarta Timur.
Eddy melihat dari beberapa calon Kapolri yang akan datang antara lain dari segi kepangkatan yakni :
1. Komjen Pol Agus Andrianto (Akpol 98 yang sekarang menjabat Kabarkam).
2. Komjen Rycko (Akpol 88 yang sekarang menjabat Kabid).
3. Komjen Boy Rafli Amar (Akpol 88 yang sekarang menjabat Kepala BNPT).
4. Komjen Listyo Sigit (Akpol 91 yang sekarang menjabat Kabareskrim. Dari segi pengalaman masih junior).
5. Komjen Pol Gatot Eddy Pramono (Akpol 88 yang sekarang menjabat Wakapolri).
6. Komjen Heru Winarko (Akpol 85 yang sekarang menjabat sebagai Kepala BNN).
7. Komjen Pol Arief Sulistyanto (Akpol 87 yang sekarang menjabat Kepala Lembaga Pendidikan dan Latihan (Kalemdiklat) Mabes Polri dan meninggalkan posisi Kabareskrim Polri).
Sementara kandidat berbintang 2 ada beberapa nama, yaitu :
8. Irjen Pol Nana Sudjana )Akpol 88 yang sekarang menjabat Kapolda Metro Jaya).
9. Kapolda Jateng Ahmad Luthfi (Lulusan Sepamilsuk Polri 1989 berpengalaman dalam bidang intel).
10. Kapolda Jatim Irjen Pol Fadil Imran (Akpol 91).
Menurut Eddy, dari nama-nama yang muncul ini ada lima nama yang secara kepangkatan dan jabatan yang memenuhi syarat. Namun, perlu diperhatikan menjadi seorang Kapolri tentunya harus dilihat secara menyeluruh dengan segala pengalaman dan senioritas nya.
” Tidak bisa dilihat dari jabatan saja tetapi lebih kepada memahami secara keseluruhan terkait kinerja Polri dibeberapa funsi kepolisian ,Selain senior dan harus mempunyai kualitas, integritas, kredibilitas, dan mempunyai rekam jejak yang baik selama tugas nya di kepolisian. Ini sangat penting dalam penegakan hukum kedepan karna sangat berpengaruh untuk institusi polri kedepan,” kata Mantan Jendral bintang dua itu.
Ungkap Eddy, Komjen Pol Boy Rafli sangat berpotensi menjadi calon Kapolri. Disamping senior usia nya masih muda n masih cukup lama bisa mengabdi di kepolisian.
” Dari rekam jejak kinerja Boy Rafli ini patut di apresiasi. Salah satu yang pernah ditangani dalam tugasnya sebagai anggota Densus Polri yakni menangani kasus Bom Bali dengan para pelakunya Amrozi, Imam S, Muklas, Ali Imron, Doktor Azhari ,Nurdin M Top dan ustadz Abubakar ba’sir, ketua pesantren Ngeruki Solo yang dulu membaiat orang-orang atau pelaku-pelaku Bom Bali . Jadi banyak jabatan dan kinerja yang sudah dituntaskan oleh Komjen Boy Rafli,” ungkapnya.
Eddy juga menyebutkan, Kredibilitas Komjen Pol. Boy Rafli, memulai karier profesi nya di Polri sebagai Reserse Polri mulai dari pangkat Pama s.d pangkat Jendral Polisi. Kasus yang di tangani cukup banyak, kasus yang menonjol di tangani antara lain kasus bom dan terorisme. Mulai dari kasus Bom Bali dan kasus Bom-bom lain nya. Dia juga ikut menangani masalah sparatis di beberapa daerah di Indonesia dan kasus kriminal besar lain nya, karena beliau lama pengalaman di Densus 88.
” Beliau pernah menjabat sebagai Kepala Daerah, Staf dan Fungsi-fungsi Kepolisian lain nya, memenuhi syarat kepangkatan dan jabatan di Polri. Kredibilitas nya sangat baik di segi mental dan moral serta tidak perlu di ragukan lagi. Yang lebih penting dan utama setia pada Negara dan Pimpinan nya, hal ini sangat penting di dalam Presiden menunjuk seorang pembantu nya di samping Profesionalisme,” terangnya.
” Dalam menangani kasus Bom Bali dan terorisme di Indonesia, beliau ikut terlibat menangkap para pelaku Bom Bali karena lama bertugas di Densus 88, seperti : Ali Imron, Muchlas, Imam Samudra, Amrozi, Nurdin M top, DR Azari dan sampai pada Ustad Abubakar Basyir,” tutupnya.
Eddy berharap, Presiden Jokowi bisa memilih calon Kapolri dari Jendral Polisi yang terbaik, jangan sampai ada opini publik bahwa yang dipilih karena dekat.
Sebagai ketua Umum Forum Bhayangkara Indonesia ( FBI ) Eddy optimis dalam mendukung kinerja pemerintah terutama di bidang pemberantasan korupsi sebagaimana PP 43 tahun 2018 n membantu polri dalam mewujudkan KAMTIBMAS yang menjadi tujuan dan harapan kita di FBI ini,bahwa negara kita bisa terbebas dari korupsi ,tertib serta aman,kemudian rakyat nya sejahtera.