Patut Jadi Kebanggaan, Sapatapaan di Kunjungi Turis Asal Jerman

SUMEDANG – Sapatapaan, salah satu obyek wisata yang ada di Desa Citengah, Kecamatan Sumedang Selatan kembali disambangi wisatawan asing. Kali ini wisatawan tersebut datang dari dua warga negara asal Jerman. Namanya, Rodney Copfer dan David Kuehn.

Sambil menikmati keindahan lokasi wisata Sapatapaan, Rodney dan David ditemani Agus selaku guide, mengaku tinggal di Kota Berlin. Mereka sengaja datang dari jauh hanya untuk melihat hal-hal unik dan menarik yang ada di Bumi Parahyangan. Salah satunya obyek wisata Sapatapaan.

Diakui Rodney, obyek wisata Sapatapaan cukup berbeda dengan kebanyakan obyek wisata yang pernah ia kunjungi. Selain lokasinya asri, obyek wisata Sapatapaan juga masih sangat memegang teguh budaya-budaya karuhun masyarakat Sunda.

Hal tersebut yang menarik minat Rodney bersama David untuk mengunjungi obyek wisata Sapatapaan.

“Di sini saya bisa melihat dengan mata kepala sendiri, selain menyuguhkan lokasi indah dengan lingkungan alamnya yang masih sangat asri, Sapatapaan juga masih memegang erat budaya leluhur. Contoh, setiap tempat di Sapatapaan sarat dengan makna filosofis Sunda. Dan, saya lihat juga ada permainan musik tradisional, seperti kecapi dan suling,” terangnya.

Lebih jauh, Ridney mengungkap, begitu puas dengan pelayanan yang disuguhkan pihak Sapatapaan.

“Baik pemilik maupun pekerjanya sangat ramah dan murah senyum. Saya sangat suka,” tukasnya.

Pemilik obyek wisata Sapatapaan, M. Wasman mengaku gembira sekaligus bangga, obyek wisata yang dikelolanya mampu menarik minat wisatawan asing. Hal ini membuat semangatnya guna melestarikan budaya karuhun yang dikemas obyek wisata kian tinggi.

Selaku pemilik, M. Wasman membenarkan apa yang disampaikan Rodney dan David, sejak awal Sapatapaan dikemas sebagai kampung wisata berbasis seni budaya sunda. Sapatapaan sendiri akronim dari Saung Paragi Tafakur Kabudayaan.

Masih dikatakan M. Wasman, Sapatapaan lahir dari kepeduliannya bersama beberapa komunitas di Sumedang untuk membangun desa dan wilayah dengan memanfaatkan potensi setempat, terutama potensi alam.

“Sapatapaan merupakan tempat berinteraksinya seniman dan budayawan yang peduli terhadap Sumedang melalui pengembangan seni, budaya, tradisi dan lingkungan. Serta, membangun simpul-simpul pemberdayaan melalui pengembangan seni, budaya tradisi dan lingkungan,” beber Wasman.

Masih kata Wasman, Sapatapaan juga lahir dari sebuah kontemplasi tentang alam dan kearifan lokal yang ada dan tumbuh di sekitarnya.

“Kami takjub dengan lutung, surili dan berbagai jenis burung eksotis. Kami juga terpesona dengan sungai jernih, hijaunya pepohonan dan udara segar. Utamanya, kami juga respek terhadap nilai-nilai yang diyakini masyarakat sekitar,” terangnya.

“Dengan keanekaragaman hayati dan kearifan lokal ini akhirnya menggugah saya dan kolega untuk melakukan konservasi. Tujuannya, agar keanekaragaman hayati dan nilai-nilai kearifan lokal bisa tetap lestari,” pungkas Wasman.



Posting Terkait

Jangan Lewatkan