Kota Bekasi, MPN
Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi Golkar Dra Hj Wenny Haryanto, SH mensosialisasikan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) untuk mencegah Penyakit Tidak Menular (PTM) bersama Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI). Kegiatan ini digelar Selasa (6/2) di wilayah Kelurahan Jatikramat, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi.
Hadir sejumlah narasumber, yakni Ketua Tim Kerja Surveilans Kesehatan Jiwa Kemenkes RI Bambang Tri Wahono, perwakilan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Anita, dan Ketua Tim Kerja Bidang Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa Dinas Kesehatan Kota Bekasi Harimurti Sumpawati. Selain itu juga hadir Ketua Kadin Indonesia Kota Bekasi Huda Sulistio dan tokoh masyarakat Kecamatan Jatiasih Karya Ahmad.
Mengawali pemaparannya, Wenny Haryanto menegaskan tujuan Germas adalah menjalani hidup yang lebih sehat. “Hal penting lain yang tidak boleh dilupakan dari gaya hidup sehat adalah terciptanya kebahagiaan diri dan lingkungan yang bersih serta sehat, sehingga menyebabkan berkurangnya resiko membuang lebih banyak uang untuk biaya berobat ketika sakit,” ujarnya.
Keberhasilan program Germas ini, lanjut Wenny, bukan hanya merupakan tanggung jawab Pemerintah atau Kementerian Kesehatan saja, akan tetapi merupakan tanggung jawab kita semua. “Oleh karena itu penting bagi setiap orang untuk dapat menerapkan kegiatan-kegiatan yang akan mendukung keberhasilan Germas dimanapun kita berada, mulai dari lingkungan rumah, lingkungan masyarakat sekitar, lingkungan sekolah atau perguruan tinggi, di tempat kerja, di kendaraan, di jalan dan dimanapun kita berada,” ulasnya menambahkan.
Saat ini, ungkap Wenny, Indonesia masih dihadapkan pada masalah gizi salah satunya anemia yang masih menjadi tantangan besar. Timbulnya masalah gizi pada anak usia di bawah dua tahun erat kaitannya dengan persiapan kesehatan dan gizi seorang perempuan untuk menjadi calon ibu, termasuk remaja putri. Anemia pada remaja berdampak buruk terhadap penurunan imunitas, konsentrasi, prestasi belajar, kebugaran remaja dan produktifitas. Selain itu, secara khusus anemia yang dialami remaja putri akan berdampak lebih serius, mengingat mereka adalah para calon ibu yang akan hamil dan melahirkan seorang bayi, sehingga memperbesar risiko kematian ibu melahirkan, bayi lahir prematur dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR).
“Atas permasalahan gizi dan anemia tersebut, pembangunan keluarga menjadi salah satu isu pembangunan Nasional dengan penekanan pada pentingnya penguatan ketahanan keluarga. Perlindungan dan pemberdayaan terhadap keluarga sebagai unit terkecil di dalam masyarakat menjadi sasaran utama dalam pembangunan keluarga. Pembangunan keluarga adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas. berketahanan dan sejahtera yang hidup dalam lingkungan yang sehat pada setiap tahapan kehidupan,” papar Wenny.
“Untuk dapat mewujudkan keluarga yang sehat, tidak cukup hanya sekedar mematuhi aturan-aturan untuk mencapai keluarga sehat, akan tetapi juga harus menerapkan pola dan kebiasaan hidup sehat setiap saat. Walaupun sampai detik ini belum ada keluarga yang berani menyatakan bahwa keluarga mereka sehat paripurna, hal tersebut tidak berarti bahwa keluarga sehat itu sulit dicapai, akan tetapi kemauan untuk hidup sehat belum benar-benar dimiliki oleh keluarga tersebut. Keluarga berperan penting dalam mencetak generasi masa depan yang berkualitas dan sangat menentukan kualitas bangsa. Keluarga menjadi lingkungan pertama untuk mengenalkan kebiasaan hidup sehat, cinta kasih, agama, moral, budaya dan sebagainya. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam pembinaan tumbuh kembang, pemberian gizi yang baik, menanamkan nilai nilai moral dan pembentukan kepribadian tiap individu dalam masyarakat dengan pola asuh yang tepat,” ucap Wenny.
Wenny lalu memaparkan tentang Penyakit Tidak Menular (PTM) yang menurutnya adalah penyakit yang bukan disebabkan oleh infeksi kuman dan tidak dapat ditularkan dari satu orang ke orang lainnya. “PTM ini pada awalnya sering tidak bergejala, sehingga banyak orang yang tidak menyadarinya dan hanya memeriksakan diri ketika telah terjadi komplikasi PTM. Yang termasuk dalam PTM ini diantaranya adalah Stroke, Penyakit Jantung Koroner, Kanker, Diabetes Melitus,” tegasnya.
PTM dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti kebiasaan merokok, diet atau pola makan dan hidup yang tidak sehat, minim aktivitas fisik, konsumsi minuman beraikohol, tidak memeriksakan kesehatan diri secara berkala, serta tingkat stress yang tinggi dan terkena stunting ketika Balita. “Selain itu, riwayat kesehatan keluarga juga dapat menjadi pemicu penyakit tidak menular. PTM ini merupakan penyakit katastropik yang menyebabkan kematian yang cukup tinggi di Indonesia,” katanya.
Wenny juga menyampaikan upaya pengendalian faktor risiko PTM melalui perilaku Cerdik. “Maksud perilaku Cerdik ini adalah Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas fisik atau olahraga, Diet seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stres,” paparnya.
Wenny kemudian berharap upaya ini menghasilkan kesadaran, kemauan dan konsistensi pembentukan perilaku masyarakat yang disiplin terhadap Germas. “Sehingga imunitas tubuh kita semua menjadi relatif lebih meningkat dan relatif lebih aman dari ancaman stunting dan PTM serta berbagai penyakit’wabah lainnya, untuk generasi yang kuat dan produktif di masa depan,” pungkasnya. (Mul)