Refleksi Hari Lebaran bagi Seorang Pendeta Djajang Buntoro: Toleransi Beragama Itu Indah Penuh Berkah

Kota Bekasi, MPN

Seluruh umat muslim bersukacita merayakan Hari Raya Idul Fitri 1445 H. Setelah sebulan penuh berpuasa di Bulan Suci Ramadhan, kini saatnya umat muslim merayakan kemenangan di Hari Lebaran nan fitri ini.

Banyak tradisi yang dilaksanakan umat muslim saat merayakan Lebaran. Begitu juga dengan kalangan masyarakat Kota Bekasi, salah satunya dengan saling berkunjung sambil bermaaf-maafan.

Tapi siapa sangka, ternyata bukan hanya umat muslim yang melakukan tradisi ini. Momen silaturahmi ini juga dilaksanakan Pdt Djajang Buntoro, Mth yang merupakan Pimpinan Jemaat Gereja Indonesia Hope Bekasi.

Sejak pagi hari, setelah umat muslim melaksanakan ibadah Shalat Ied, Pdt Djajang Buntoro, Mth melakukan tradisi mengunjungi masyarakat muslim yang berdomisili di sekitar Gereja Indonesia Hope Bekasi di kawasan Jakasetia, Kecamatan Bekasi Selatan, Rabu (10/4). Bukan hanya kalangan tokoh, bahkan kalangan masyarakat biasa pun tetap dikunjunginya.

Saat diajak berbincang, Pdt Djajang Buntoro, Mth menyatakan dirinya ikut bersukacita ketika seluruh umat muslim merayakan Lebaran. “Jujur, saya merasa ikut berbahagia melihat saudara-saudara kita dari kalangan umat muslim merayakan Hari Lebaran,tak ada yang bersedih, tak ada yang berkecil hati, semua tersenyum bahagia merayakan Lebaran ini,” ungkapnya.

Bukan tanpa sebab jika Djajang Buntoro mengetahui adanya tradisi saling berkunjung sambil bermaafan ketika perayaan Lebaran. Ternyata Djajang Buntoro memiliki keluarga mertua dari kalangan muslim yang kini tinggal di kawasan Bintara, Kecamatan Bekasi Barat, Kota Bekasi.

“Ya, kan keluarga mertua saya menganut Agama Islam, dari kalangan muslim. Makanya saya mengetahui adanya tradisi saling berkunjung sambil bermaafan. Tadi pagi saya juga sudah berkunjung ke rumah mertua saya, lalu saya lanjutkan dengan mengunjungi masyarakat yang berdomisili di sekitar Gereja  Indonesia Hope,” papar Djajang.

Meski saling berbeda agama atau kepercayaan, Djajang mengaku masyarakat muslim tidak merasa canggung saat menerima kunjungannya. “Karena ini sudah saya lakukan sejak beberapa tahun lalu, makanya masyarakat tidak kaget atau canggung saat saya berkunjung ke rumah mereka,” tegasnya.

“Apalagi masyarakat di sini sudah seperti saudara dengan para jemaat gereja. Kami hidup saling berdampingan, saling menghormati dan menghargai. Makanya tidak pernah ada gesekan antara umat muslim dengan jemaat gereja kami,” imbuh Djajang.

Satu motivasi disampaikan Djajang terkait refleksi Hari Lebaran bagi dirinya yang notabene seorang pendeta. “Ini bukti ampuhnya semangat toleransi. Ada kebersamaan yang kita rasakan saat perayaan hari raya keagamaan,” ujarnya.

“Bukan hanya hari raya Agama Islam, setiap perayaan hari raya Agama Kristen, Katolik, Hindu, Budha atau Konghucu, masyarakat Kota Bekasi tetap saling menghargai, tidak saling mengusik. Hal ini yang sejatinya bisa menjadi motivasi bagi kita semua bahwa toleransi beragama itu indah dan penuh berkah,” pungkas Djajang mengakhiri perbincangan. (Mul)



Posting Terkait

Jangan Lewatkan