Kota Bekasi, MPN
Tinggal berdekatan dengan kawasan Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, membuat Khoirul Anam terbiasa dengan sampah. Ada dua pilihan yang harus diterimanya ketika menjadi ‘tetangga’ gunung sampah, yakni memusuhi aampah atau bersahabat dengan sampah.
Akhirnya, pemuda kelahiran 18 Desember 2000 yang akrab disapa Ilung ini memilih bersahabat dengan sampah dan memulai gerakan peduli sampah. Ilung kemudian merubah sampah yang semula dianggap barang tak berharga kini bisa menghasilkan rupiah.
Ilung membuka usaha kecil-kecilan di bidang industri kreatif yang memproduksi tas, jaket, dan souvenir yang dibuat dari limbah tekstil bekas jenis jeans. Satu label kini dimilikinya sebagai simbol semangat gerakan peduli sampah, yakni 1985 Recycle, yang disematkan di seriap hasil produk UMKM yang dia kembangkan.
Upaya yang dilakukan Ilung ini akhirnya berbuah manis. Dia kemudian dinobatkan sebagai Pemuda Pelopor untuk Bidang Sumber Daya Alam (SDA) Tingkat Kota Bekasi tahun 2024. Selain itu dia juga terpilih untuk mengikuti penilaian Pemuda Pelopor Tingkat Provinsi Jawa Barat (Jabar) dan saat ini sudah masuk mominasi 3 besar.
Saat diajak berbincang, Ilung menceritakan awal pergerakan peduli sampah ini dikatarbelakangi oleh keresahannya terhadap kondisi lingkungan tempat tinggal di wilayah RT 001 RW 05 Kelurahan Ciketingudik, Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, yang berketan langsung dengan TPST Bantargebang milik Pemprov DKI Jakarta. “Saya merasa resah dengan makin tingginya ‘gunung’ sampah, dan saya melihat adanya potensi dari sampah atau limbah tekstil yang dibuang begitu saja di areal TPST Bantargebang, bahkan para pemulung pun tidak tertarik dengan sampah jeans ini,” katanya.
“Setelah melalui hasil riset tahun 2019, kami lalu memulai usaha industri kreatif secara kecil-kecilan pada akhir tahun 2021 dengan membuat tas, jaket dan souvenir dari bahan tekstil bekas jenis jeans. Untuk tenaga kerja, saya mengajak anak-anak muda atau kaum ibu-ibu di sekitar lingkungan, dan alhamdulillah mereka sangat antusias mendukung gerakan saya,” imbuh Ilung.
Meski berasal dari limbah atau barang bekas, namun Ilung menjamin produk pakai yang dihasilkan memenuhi standar higienis dan layak pakai. “Kami jamin produk kami aman untuk dipakai karena jeans bekas yang kami olah sudah melalui proses pencucian sebanyak tiga kali sehingga steril dari kuman atau virus,” tegasnya.
Ilung kemudian memberikan apresiasinya kepada dukungan yang diberikan semua pihak sehingga dirinya tetap eksis menjalankan gerakan peduli sampah hingga saat ini. “Banyak dukungan yang kami terima, mulai dari aparatur kelurahan, LPM Ciketingudik, serta para tokoh di lingkungan kami, dan saya sangat mengapresiasi dukungan mereka sehingga kami tetap eksis dakam gerakan peduli sampah ini,” ujarnya.
Menuai Dukungan
Tak dapat dipungkiri, gerakan peduli sampah yang dilakukan Ilung telah memberikan dampak positif terhadap lingkungan hingga akhirnya menuai dukungan dari sejumlah pihak. Salah satunya adalah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kelurahan Ciketingudik yang terus memberikan dukungan dan perhatian hingga saat ini.
Seperti dijelaskan Ketua LPM Ciketingudik Salim Samsudin, pihaknya memberikan respon positif terhadap gerakan peduli sampah yang digiatkan Ilung. “Apa yang dilakukan Bang Ilung ini memberikan perubahan mindset atau kerangka berfikir masyarakat yang tadinya menganggap sampah sebagai barang tak berharga kini bisa menghasilkan dari segi ekonomi,” ujarnya.
Salim menambahkan pihaknya siap mendukung setiap langkah dan program yang memberikan dampak positif terhadap lingkungan. “Bang Ilung adalah bukti nyata bahwa perubahan bisa dimulai dari tindakan kecil yang berkelanjutan,” ungkapnya.
“Bang Ilung juga telah membuktikan bahwa dengan tekad dan kerja keras, perubahan positif dapat diwujudkan. Program-program yang diinisiasinya, telah memberikan dampak nyata dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan,” pungkasnya. (Mul)