MEDIAPATRIOT.CO.ID – Jakarta, 6 September 2024. Dr. JAN SAMUEL MARINGKA, S.H., M.H., memberikan kesempatan wawancara kepada MediaPATRIOT.CO.ID untuk membahas masalah dan solusi ketahanan pangan Indonesia dimasa neraka iklim atau el nino di Rarampa Resto and Bar Kebayoran, Jakarta Selatan (6/9). Dialog singkat dengan Jan S Maringka tentang ketahanan pangan, substitusi pangan dan solusi menghadapi el nino.
Dr. JAN SAMUEL MARINGKA, S.H., M.H., ketika menjabat sebagai Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian dari tahun 2022 hingga 2023 mempunyai satu kebijakan namanya kebijakan pengawasan jaga pangan. Jaga pangan ini adalah satu bentuk kebijakan pengawasan dalam konteks meningkatkan kerjasama antara aparat penegak hukum dengan aparat pengawasan internal pemerintahan. Ini dilakukan dalam bentuk melakukan koordinasi, supervisi, sehingga program-program pemerintahan, khususnya di bidang pertanian bisa berjalan tepat waktu, tepat mutu dan tepat sasaran. Kita melihat bahwa dunia menghadapi krisis pangan dan juga krisis energi. Kalau kita tidak melakukan antisipasi melalui membangun lumbung-lumbung pangan di setiap daerah di wilayah Republik Indonesia, tentunya program besar ini tidak mungkin dijalankan oleh Kementerian Pertanian sendiri. Karena itu perlu dilakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat kerjasama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, aparat pengawasan internal, pemerintahan, dan juga aparat penegang hukum. Disinilah kita bentuk sinergi agar program-program ini bisa kita harapkan membangkitkan apa yang disebut dengan ketahanan pangan yang pada akhirnya mewujudkan kedaulatan pangan di Indonesia.
Dr. JAN SAMUEL MARINGKA menegaskan bahwa ketahanan pangan ini tentu tidak hanya beras. Kita lihat bahwa dari Sabang sampai Merauke, kebutuhan-kebutuhan terutama di wilayah Timur misalnya tidak harus bergantung dengan beras. Kita disana bisa dengan misalnya ubi-ubian, jagung, kemudian sekarang yang semuanya itu sebenarnya bisa memproduksi dari kekuatan-kekuatan lokal. Artinya tidak semuanya itu harus bergantung kepada masalah impor. Inilah yang perlu kita sosialisasikan kembali bahwa ada diversifikasi pangan melalui produk-produk unggulan. Kita lihat misalnya tadi sering kita ungkapkan bahwa kenapa kita harus impor kedelai sampai umur Indonesia sudah 79 tahun. Maka harus ada subtitusinya. Misalnya sekarang kita kembangkan misalnya kacang koro. Kemudian ada juga seperti jagung. Tapi ada subtitusinya di dalam negeri yaitu yang kita sebut dengan sorgum. Artinya begitu kaya Indonesia memiliki banyak sekali sumber-sumber pangan yang ada. Kedepannya kita melihat bahwa pemerintah baru sudah memiliki satu kegiatan yang disebut dengan makanan bergizi gratis (Program Makan Siang Gratis). Inilah yang sedang kita upayakan secara bersama-sama bagaimana program Presiden terpilih bisa terlaksana di setiap Kabupaten/Kota. Kemarin saya disampaikan bahwa kita perlu membangun lumbung-lumbung pangan. Artinya mulai dari desa. Kalau desanya kuat, maka Kabupaten/Kota akan kuat, Provinsi akan kuat, Indonesia juga akan kuat. Dari desa untuk Indonesia, itulah konsep lumbung pangan kita.
Dr. JAN SAMUEL MARINGKA mengatakan terkait ancaman kekeringan dunia sebenarnya ini sudah tradisi lama. Kita melihat apa keperluannya, bagaimana kita menyiapkan pompa-pompa air. Jadi dalam konteks menyiapkan lumbung-lumbung atau katakanlah daerah-daerah yang disebut dengan namanya itu ada satu istilah embung-embung dan menciptakan embung-embung. Agar ketika musim kering, musim kering yang istilahnya yang begitu berkepanjangan, bisa kita atasi secara bersama-sama. Melalui Penciptaan embung-embung di setiap desa. Kita juga kalau sebagai umat beragama tahu juga ada ramalan waktu itu Nabi Yusuf. Bagaimana 7 tahun berkelimpahan, kemudian 7 tahun berkerja. Maka kalau kita menyediakan lumbung-lumbung pangan kita, maka krisis pangan dan paceklik bisa kita hadapi secara bersama-sama.
Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo menjelaskan bahwa ada warning dari Sekjen PBB bahwa dunia menuju pada neraka iklim. Neraka iklim suhu akan mencapai rekor tertinggi 5 tahun ke depan. Hati-hati dan 1 tahun terakhir ini kita merasakan betul adanya gelombang panas periode terpanas di India bahkan sampai 50 derajat Celcius di Myanmar 45,8 derajat Celcius itu panas sekali. Kalau orang panas mungkin bisa masuk ke rumah berteduh itu bisa, tapi urusan pangan hati-hati masalah ini FAO mengatakan bahwa jika didiamkan seperti sekarang ini dan tidak ada pergerakan apa-apa maka ditahun 2050 dunia akan mengalami kelaparan berat. Ini yang harus direncanakan diantisipasi sejak mulai sekarang karena diperkirakan 50 juta petani akan kekurangan air sampai tidak ada air dan akan masuk pada kekurangan pangan. Artinya jangan main-main urusan kekeringan, jangan main-main urusan gelombang panas. Larinya nanti bisa ke inflasi begitu stok tidak ada produksi maka berkurangnya produksi dan berkurang stok. Artinya harga pasti akan otomatis naik.
Dr. JAN SAMUEL MARINGKA menjelaskan bahwa makanan bergizi dengan harga terjangkau itu pasti tersedia apabila dari dalam negeri sendiri kemampuan produksinya kita tingkatkan. Kalau kita terus-menerus bergantung impor, pada suatu saat kita tidak bisa lagi di dalam negeri untuk menyediakan ketahanan pangan. Ini yang menjadi problematik tersendiri karena petani-petani kita tidak diperhatikan secara khusus. Bagaimana mereka diperhatikan, dijadikan mitra bahwa produksi mereka ketika produksi dibeli juga dengan harga yang bagus. Sehingga nanti menarik minat generasi muda juga untuk memberikan kegiatan terhadap pertanian dan juga akan terbuka lumbung-lumbung pangan di daerah. Sehingga orang tidak perlu lagi kita bergantung kepada impor. Pertanian ini tidak menjanjikan buat kaum milenial. Inilah tugas besar kita untuk bersama-sama menjadikan yang namanya petani-petani milenial, agar mereka sadar arti penting milenial terhadap pertanian bahwa pertanian adalah kegiatan yang menjanjikan di masa depan.
studio@tommy
“Terkait kacang koro di Indonesia, kemarin kita sudah ada kerjasama dengan IPB. Mereka melihat bahwa bayangkan 79 tahun kita masih harus mengimport hampir lebih dari 3,5 juta ton. Kalau itu bisa berhasil dari dalam negeri, maka kebutuhan tempe susu kedelai, apa namanya pengganti yang berasal mengganti atau substitusi kedelai ini bisa juga menghasilkan susu. Inilah yang kita sebut dengan susu pengganti kedelai menjadi susu kacang koro. Ini juga memiliki nilai kandungan asam folat yang tinggi. Inilah yang dibutuhkan untuk makanan bergizi sehingga generasi kedepan adalah generasi yang cerdas dengan asupan-asupan makanan-makanan yang berkualitas”, tutupnya Dr JSM, inisiator Jaga Pangan, Jaga Masa Depan.
(Red Irwan)