Jakarta – 15 September 2024. Ketua Umum Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia (Perkosmi), Sancoyo Antarikso menghadiri Talkshow di acara Cosmetic Toll Manufacturer Expo 2024. Talkshow dengan tema “Compliance Makes You Confident: Strategi Mempersiapkan Supervisi Kosmetik”. Narasumber Talkshow yaitu Sofiyani Chandrawati Anwar (Kepala Balai Besar POM DKI Jakarta) dan Riva Dwitya Akhmad (Ketua Bidang Teknis Ilmiah Perkosmi).
Ketum Perkosmi, Sancoyo Antarikso menjelaskan bahwa kegiatan Cosmetic Toll Manufacturer Expo 2024 saya rasa baik karena seperti yang sudah disampaikan tadi, kegiatan ini sebetulnya adalah mengenalkan para pelaku bisnis toll manufacturing cosmetic untuk para pelaku bisnis yang ingin memproduksi kosmetik di toll manufacturer. Seperti yang kita ketahui bersama, perkembangan kosmetik di Indonesia dalam beberapa tahun ini meningkat dengan pesat karena berbagai macam faktor pendukung. Salah satunya tentu saja adalah jumlah penduduk yang banyak, consuming class yang meningkat, kemudian juga kesejahteraan yang semakin baik. Sehingga konsumen juga mampu menyisihkan sebagian uangnya untuk personal grooming. Kemudian digitalisasi juga memegang peran penting sehingga konsumer juga semakin canggih, semakin sophisticated dan semakin mendapatkan informasi tentang perkembangan dunia kosmetik di dunia dan di Indonesia.
Oleh karena itu, seperti tadi juga disebutkan oleh Ibu Kepala Balai Jakarta, Bu Sofi. Banyak juga pelaku yang namanya BUPN jadi Badan Usaha Pemilik Notifikasi. Jadi ini adalah pemilik merek yang mereka ada produknya di sini, di toll manufacturers ini. Jadi mereka tidak perlu punya pabrik, tapi bisa bikin usaha kosmetik. Tentu semua harus di notifikasi juga dengan sertifikat halal. Jadi kalau sertifikasi halal itu sebetulnya sesuai dengan undang-undang jaminan produk halal dan ciptaker itu mulai 18 Oktober 2026, seluruh produk kosmetik yang beredar dan didistribusikan di Indonesia ini harus bersertifikasi dan wajib bersertifikasi halal gitu. Tapi sekarang belum, jadi masih di dalam tahap pendaftaran di seluruh Indonesia. Ada berapa tempat tadi yang dari Sulawesi. Jadi kalau BUPN itu sudah lebih dari seribu pengusahanya itu. Jadi itu sebetulnya adalah istilah kita itu demokratisasi bisnis kosmetik. Jadi untuk bisa mempunyai bisnis kosmetik tidak harus punya pabrik yang canggih, tidak perlu punya jaringan distribusi yang hebat tetapi mereka bisa pergi ke toll manufacturers ini. Kemudian mereka bisa bekerja sama dengan pasar lokal. kayak toko orange, toko ijo dan lain-lain. Jadi mereka tidak perlu punya gudang yang canggih sendiri.
“Jadi saya rasa harapannya adalah semakin banyak pelaku usaha yang berbisnis kosmetik dengan baik dan benar, sehingga kita semua dapat memberikan produk yang aman bermutu inovatif kepada konsumen Indonesia,” tutupnya Sancoyo.
Red Irwan