Rapat Kerja Kemendag Rumuskan Cetak Biru Baru Perdagangan 2021

Jakarta, 4 Maret 2021 – Menteri Perdagangan menyampaikan, Rapat Kerja (Raker) Kementerian Perdagangan 2021 akan merumuskan cetak biru baru untuk perdagangan tahun 2021, pasca-2021, dan pasca-Covid-19. Perumusan ini menindakanjuti arahan Presiden RI Joko Widodo saat membuka Raker Kemendag hari ini, Kamis (4/3) di Istana Negara, Jakarta. Raker Kemendag berlangsung pada 4–5 Maret 2021. “Melalui Rapat Kerja ini, diharapkan dapat dirumuskan cetak biru baru untuk perdagangan tahun 2021, pasca-2021, dan pasca-Covid-19,”pungkas Mendag.

Mendag menyampaikan, Kementerian Perdagangan akan berupaya menciptakan pasar yang setara bagi para penjual (equal playing field), khususnya dalam perdagangan digital dengan azas￾azas yang mengedepankan perdagangan yang adil dan perdagangan yang bermanfaat bagi para penjual dan pembeli. “Kementerian Perdagangan akan memastikan agar tidak terjadi kecurangan dalam transaksi perdagangan digital, termasuk predatory pricing, penetapan harga dengan penerapan dumping atau subsidi perdagangan yang dapat menghambat terwujudnya kesetaraan dalam persaingan antara para penjual.

Kemendag akan mengatur dan memastikan bahwa pasar Indonesia adalah pasar yang seimbang, jujur, adil, dan bermanfaat,” tegas Mendag. Terkait pengembangan produk nasional. Mendag memandang perlunya fokus pada sisi permintaan. “Selama ini yang dilihat sisi penawaran (supply), namun saat ini yang perlu diperhatikan adalah sisi permintaan (demand). Hal ini mengingat 270 juta penduduk Indonesia merupakan konsumen yang penting yang bisa memberikan nilai tambah dan daya tawar yang tinggi terhadap negara lain,” ujarnya. Dengan memberikan nilai tambah, lanjut Mendag, maka produk Indonesia akan dapat bersaing dengan barang-barang impor.

“Dengan demikian, para pelaku usaha Indonesia, termasuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dapat berpartisipasi menjadi pemasok bagi rakyat Indonesia yang merupakan konsumen yang loyal,” jelas Mendag. Selain itu, hal-hal lain yang diperlukan adalah menciptakan branding serta menyesuaikan dengan selera pasar sehingga menarik minat masyarakat untuk membeli produk Indonesia. Diharapkan merek Indonesia bisa menjadi primadona di pusat-pusat perbelanjaan di Indonesia.

Kemendag juga akan membuka akses pasar nontradisional. Mendag menyatakan, Kemendag sudah menyiapkan beberapa pasar nontradisional, dengan target negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen, yaitu Eurasian Economic Union (EAEU) yang beranggotakan 5 negara yaitu Rusia, Armenia, Belarus, Kazakhstan, dan Kyrgyzstan; East African Community (EAC) yang beranggotakan 6 negara yaitu Burundi, Kenya, Rwanda, South Sudan, Tanzania, dan Uganda.

Ada juga Economic Community of West African States (ECOWAS) yang beranggotakan 15 Negara dengan kekuatan ekonomi yang cukup besar di wilayah barat benua Afrika, antara lain Nigeria, Pantai Gading, Ghanadan Liberia; serta The Gulf Cooperation Council (GCC), yang beranggotakan 6 negara di wilayah Timur Tengah yaitu Uni Emirat Arab, Bahrain, Arab Saudi, Oman, Qatar, dan Kuwait. Selanjutnya, Kemendag sedang mencari bentuk Dewan Penunjang Ekspor (DPE) yang diperlukan untuk meningkatkan ekspor.

Ada dua pasar potensial yang bisa dikembangkan untuk menjadi penopang DPE, yaitu Indonesia Islamic Fashion dan Industri Halal Indonesia. ”Jika dapat menjadi tuan rumah di negara sendiri, maka kita akan menguasai pasar regional dan mendunia,” tegas Mendag. Mendag juga menjelaskan, Kemendag akan mempelajari industri khusus untuk menggerakkan ekonomi saat pandemi, yaitu otomotif, elektronik, farmasi, serta makanan dan minuman. “Industri-industri khusus tersebut diharapkan dapat dijadikan kait-kait pertumbuhan ekonomi yang baru,” ujarnya.

Mendag juga akan memastikan ketersediaan bapok dan kesetaraan harga di seluruh Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan indikasi panen tahun ini lebih baik daripada tahun lalu. “Meskipun jumlahnya tidak terlalu besar, namun beras nasional dapat dijamin ketersediaannya,” imbuh Mendag. Terakhir, Mendag menyatakan pentingnya membangun optimisme Indonesia.

Ini perlu dilakukan sebagai bagian dari upaya membangun kepercayaan pasar terhadap produk-produk Indonesia “Kementerian Perdagangan akan terus mendorong konsumsi masyarakat agar dapat kembali berbelanja untuk menggerakkan perekonomian nasional,” pungkas Mendag. (Red Irwan)



Posting Terkait

Jangan Lewatkan