Dalam beberapa minggu terakhir, dilansir dari beberapa akun sosial media, glorifikasi tentang wisata Kota Semarang menyalip candi borobudur, sampai menyebut Semarang dan Bandung merupakan destinasi wisata di akhir pekan mengalahkan puncak Bogor,
termasuk di akun sosial media walikota Semarang, @hendrarprihadi juga menyampaikan hal yang sama., dengan kalimat “usaha tidak menghianati hasil”.,
Kontra dengan hal tersebut, akun sosial media @mojokdotco menyebutkan , “stop glorifikasi Bandung dan Jogja”.
Pesan yang ingin disampaikan oleh para netizen yang kontra, menginginkan, jangan terlalu mengglorifikasikan suatu tempat,
dimana disitu masih banyak permasalahan sosial masyarakat yang serius harus dihadapi, seperti masih banyak diwilayah kelurahan atau kecamatan,dimana masyarakatnya belum sepenuhnya mendapatkan bantuan pemerintah,perihal masalah masalah kehidupan yang mesti mereka hadapi .
Sebagian dari mereka, karena kondisi pandemi, harus terlilit hutang pinjaman online, kemudian harga kebutuhan pokok, menjadi tidak terjangkau dibeli oleh mereka, sampai sebagian wanita, dari remaja, bahkan sampai terdapat perempuan bersuami, menjajakan diri di aplikasi michat, dimana aplikasi tersebut terkenal dengan aplikasi untuk menjajakan diri secara online.
Hal tersebut, hanyalah sebagian kecil permasalahan yang sebagian dari masyarakat alami,
dan karena kurangnya edukasi dari lingkungan keluarga dan orang terdekat, tentang tata kelola management resiko personal, sehingga mereka terkadang salah membuat keputusan,
maka mulai dari inilah, pemerintah hadir untuk memberikan solusi, misal memberikan kursus singkat tata kelola risk management personal, dan dilanjutkan dengan pelatihan pemberdayaan masyarakat secara adil dan merata untuk seluruh masyarakat yang membutuhkan.(ADIYONO)