Jakarta, 1 Agustus 2022 – Negeri Film memproduksi film Pesantren karya sutradara Shalahuddin Siregar yang rencananya akan tayang di bioskop seluruh Indonesia mulai tanggal 4 Agustus 2022 mendatang. Namun pada hari Senin (1 Agustus 2022) Lola Amaria Production selaku distributor film ini menggelar nonton bareng dan presscon film Pesantren di Bioskop Epicentrum XXI.
Film Pesantren ini merupakan usaha mencari tahu tentang bagaimana kehidupan para Santri di Pesantren melalui kisah 2 Santri dan Guru muda di Pondok Kebon Jambu Al-Islamy Cirebon Jawa Barat adalah sebuah Pesantren tradisional yang dipimpin seorang perempuan bernama Nyai Masriyah Amva merupakan salah seorang A’wan (Dewan Pakar) PBNU.
Produksi film Pesantren yang dimulai tahun 2015 ini sempat berhenti di tengah jalan karena kesulitan pendanaan. Meskipun begitu, film ini akhirnya bisa selesai pada tahun 2019 dengan dukungan dari In-Docs, Steps International, Kedutaan Denmark di Jakarta, Talents Tokyo, serta dua stasiun TV internasional NHK dan Al Jazeera Documentary Channel. Film ini diputar pertama kali di International Documentary Film Festival Amsterdam (IDFA) pada tahun 2019. IDFA adalah festival dokumenter paling bergengsi dan terbesar di dunia.
Shalahuddin Siregar sebagai Sutradara Film “Pesantren” memberikan keterangan wawancara dihadapan media elektronik bahwa : “untuk membuat film kebebasan itu penting banget walupun sensor itu sulit. Kita juga tidak ingin film ini dianggap propaganda negatif. Bahwa kita juga mendorong terutama tentang pelecehan seksual, kita mendorong pesantren mempunyai sikap mulai membahas bagaimana pesantren yang aman untuk santrinya. Kita punya rencana untuk membuat semacam diskusi untuk membahas itu sekitar bulan Oktober. Kita workshopnya dengan mentornya dari Eropa. Di Jogja dan Di Bali waktu itu. Kemudian saya ikut workshop juga di India Kalkuta. Untuk pendanaan istilahnya financing forum. Mentor-mentor itu juga membantu untuk memformulasikan untuk fokus pada isu perempuannya. Kalau kita mau melihat lebih detail sebenarnya memberikan kritikan keras terhadap patriarki. Patriarki yang adalah part dari kekerasan seksual akarnya Patriarki.
Salah satu misinya sebenarnya dulu awalnya saya mencari tahu seperti apa pesantren kemudian dapatnya seperti ini. Kemudian memang misalnya menggunakan kata progresif. Ada yang hilang dari sekolah negeri yaitu akhlak. Pendidikan akhlak itu yang hilang sebenarnya itu diajari di pesantren. Pesantren itu kreatif banget.
Kenapa adanya syiuting di Cirebon, karena memang waktu saya mau bikin itu tidak hanya mau bikin tentang pesantren tetapi lebih dalam lagi jadi bagaimana Islam dari sudut pandang perempuan buat saya lebih tepat kalau yang pesantrennya dibuat oleh perempuan. Kebetulan juga di Cirebon yang memperbolehkan kita Syuting tanpa harus izin atau tanpa kasih tau kita mau syuting,” tutupnya. (red Irwan)