Kota Bekasi, MPN
Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi Golkar Dra Hj Wenny Haryanto, SH bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) kembali menggelar Sosialisasi Program Percepatan Penurunan Stunting di Wilayah Khusus. Kali ini, sosialisasi dilaksanakan di wilayah Kelurahan Jatisampurna, Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi, pada Sabtu (8/10).
Seperti biasa, kegiatan ini menghadirkan sejumlah narasumber, yakni Deputi Bidang KB dan Kesehatan Reproduksi BKKBN RI Eni Gustina, Irfan Indriastono selaku Koordinator Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN Provinsi Jawa Barat (Jabar), Irfan Indriastono, dan Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kota Bekasi, Marisi. Selain itu juga terlihat hadir, Ketua Kadin Indonesia Kota Bekasi Huda Sulistio, perwakilan dari Kantor Kecamatan Jatisampurma, Lurah Jatisampurna, Nuryani, serta sejumlah tokoh masyarakat setempat, diantaranya Atam Supriyadi selaku tuan rumah penyelenggaraan kegiatan yang juga mantan Ketua RW 07 Kelurahan Jatisampurna.
Dalam sosialisasi ini, ada kabar baik yang diterima masyarakat, yakni terkait penurunan Stunting di Kota Bekasi, yang saat ini suda13,8 persen. Pemerintah sendiri menargetkan penurunan Stunting hingga 14 persen pada tahun 2024 mendatang.
Selain itu, kabar baik juga disampaikan Wenny Haryanto ketika memberikan pemaparannya. “Ini menjadi kabar baik bahwa Stunting dapat dicegah, dengan beberapa upaya yang bisa dilakukan masyarakat,” kata Wenny Haryanto yang berasal dari Daerah Pemilihan (Dapil) Jabar VI meliputi wilayah Kota Bekasi dan Kota Depok.
Menurut Wenny, Stunting adalah kondisi gagal tumbuh dan kembang karena kekurangan gizi kronis pada 1.000 hari pertama kehidupan, sejak bayi masih di dalam kandungan sampai berusia 2 tahun. Dia menambahkan, anak yang menderita Stunting ini biasanya lebih pendek dari anak normal seusianya.
“Tapi itu beda dengan kerdil yang disebabkan oleh kelainan genetik. Selain itu, anak juga mengalami keterlambatan dalam berfikir,” imbuh Wenny.
Wenny lalu memaparkan gejala-gejala seorang anak mengalami Stunting, salah satunya adalah pertumbuhan gigi yang terlambat. “Lalu terjadinya penurunan kemampuan belajar, artinya anak menjadi tidak fokus belajarnya,” ulasnya.
Gejala yang ketiga adalah pertumbuhan tubuhnya melambat. “Lalu gejala yang keempat, wajah anak yang mengalami stunting terlihat lebih muda dari anak-anak seusianya,” ujar Wenny.
Sementara untuk gejala yang kelima, kata Wenny, anak yang mengalami gagal pertumbuhan akan terlambat mendapatkan masa pubertasnya (mimpi basah dan menstruasi). “Kemudian untuk gejala yang keenam, pada usia 8 sampai 10 tahun, anak cenderung menjadi pendiam, tidak banyak melakukan kontak mata dengan orang sekitarnya,” ungkapnya.
Sedangkan untuk gejala yang ketujuh, karena anak kekurangan gizi yang kronis, menyebabkan dirinya mudah terpapar penyakit. “Nah, itulah gejala-gejala yang terjadi terhadap anak yang mengalami stunting,” jelasnya.
“Sebagai orang tua, kita bisa memantau dan memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan anak-anak kita. Sehingga kita bisa mengantisipasi dan mencegah secara dini jika ada gejala-gejala ganguan kesehatan yang dialami anak kita,” lanjut Wenny.
Terkait pencegahan, Wenny lalu memaparkan beberapa upaya pencegahan Stunting. “Salah satu upaya itu diantaranya ketika ibu sedang hamil, berikan tablet penambah darah, karena ibu-ibu yang sedang hamil sangat memerlukan zat besi untuk bayinya,” ujarnya.
Selanjutnya, tambah Wenny, berikan ibu hamil nutrisi yang lengkap, misalnya dengan rutin mengkonsumsi makanan yang mengandung unsur Empat Sehat Lima Sempurna. “Lalu ketika bayi sudah lahir, berikanlah imunisasi dasar secara lengkap, agar bayi kita memiliki kekebalan tubuh,” imbuhnya.
Selain itu, sang ibu juga harus memberikan ASI (Air Susu Ibu) Eksklusif untuk bayinya hingga bayinya berusia 6 bulan. “Jangan dengan susu kaleng, buah-buahan atau makanan padat, cukup berikan ASI saja, bagi Ibu2 yang ASInya lancar dan bagus” tegasnya.
Yang terpenting, ungkap Wenny, kita harus membiasakan perilaku hidup sehat dan bersih. “Karena akan mempengaruhi pertumbuhan tubuh anak kita, kalau kita sehat maka anak kita pun akan sehat tapi kalau kita berperilaku hidup tidak sehat, maka anak kita akan mudah terkena infeksi penyakit,” ucapnya.
Terakhir, Wenny mengingatkan para ibu-ibu agar terus memantau pertumbuhan anak. “Jangan malas untuk memantau pertumbuhan anak, tiap bulan bawalah anak ke Posyandu atau Puskesmas untuk ditimbang badannya, diukur tinggi badannya dan diukur lingkar kepalanya,” katanya.
Penurunan jumlah Stunting di Kota Bekasi memberikan rasa optimistis bagi Wenny untuk mewujudkan kondisi zero Stunting. “Di Kota Bekasi sendiri, angka prevalensi Stunting sebesar 13,8 persen di tahun 2022 (Nomor 2 terendah se-JaBar), sedangkan untuk tetangga, Kota Depok telah mencapai 12,3 persen (Yang terendah se JaBar),” paparnya.
“Saya bahagia sekali, kedua kota itu adalah Dapil saya. Dan dua-duanya berhasil di bawah target, sudah di bawah batas yang ingin dicapai. Namun itu tidak boleh menjadi kepuasan, tetap harus mengejar target supaya kalau bisa sampai zero stunting di 2024,” kata Wenny mengakhiri pemaparannya. (Mul)