Kota Bekasi, MPN
Kalangan masyarakat dibuat resah dan cemas dengan bencana gempa yang akhir-akhir ini melanda Nusantara. Terbaru, bencana gempa magnitudo 5,8 terjadi tadi pagi, Kamis (8/12), di wilayah Sukabumi.
Seringnya gempa yang melanda kawasan Pulau Jawa ini mengingatkan masyarakat terkait penelitian terbaru Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang dirilis pada Oktober lalu tentang potensi tsunami dari gempa megathrust di selatan Pulau Jawa. Gempa bumi megathrust dengan magnitudo 8,9 itu berpotensi menimbulkan tsunami setinggi 34 meter.
Sebagian masyarakat kenudian mengaitkan potensi gempa megathrust dengan Sesar Baribis yang disebut-sebut sebagai sesar aktif terpanjang di Pulau Jawa. Sekedar diketahui, sesar adalah patahan atau bidang rekahan yang disertai pergeseran relatif terhadap blok batuan lainnya. Dengan kata lain, sesar ini merupakan tempat terjadinya gempa bumi.
Sesar Baribis melintasi sisi barat Subang dan Purwakarta, Karawang, Cibatu (Bekasi), Depok, Jakarta hingga Tangerang dan Raskasbitung. Keberadaan Sesar ini masih menjadi dugaan bahkan disebut-sebut sebagai ancaman besar bagi Jakarta dan sekitarnya, termasuk Kota Bekasi.
Ancaman adanya gempa megathrust ini disampaikan anggota DPRD Kota Bekasi Komarudin. Dia menyebut kemungkinan besar Kota Bekasi akan ikut terdampak dengan terjadinya gempa megathrust.
“Soalnya Kota Bekasi masuk dalam jalur Sesar Baribis. Tapi belum diketahui dimana letak pastinya jalur Sesar Baribis di Kota Bekasi,” ungkap Komarudin, Kamis (8/12).
Karena itu, Komarudin meminta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD Kota Bekasi atau pihak terkait lainnya untuk menyampaikan peta lokasi Sesar Baribis yang melewati Kota Bekasi. “Agar kita bisa mengantisipasi serta melakukan langkah-langkah strategis agar semua elemen di Kota Bekasi siap dalam hal kebencanaan,” ujarnya.
Dengan informasi itu, tambah Komarudin, lohaknya juga bisa memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi agar melakukan langkah mitidasi bencana. “Misalnya dengan menyiapkan konstruksi bangunan anti gempa, atau sosialisasi tentang upaya yang dilakukan masyarakat saat menghadapi gempa untuk meminimalisir korban,” ulasnya. (Mul)